Gaza, MISTAR.ID
Pihak Hamas menyebut pidato Perdana Menteri (PM) Israel Benjamin Netanyahu di Kongres Amerika Serikat (AS) penuh kebohongan.
Pidato Netanyahu juga diklaim sebagai propaganda. Hal ini disampaikan pihak Hams yuang dilansir CNN, Kamis (25/7/24).
“Propaganda dan kebohongan tak berdasar yang digunakan sebagai alasan untuk melakukan kejahatan keji terhadap perempuan, anak-anak, dan orang tua di Gaza,” kata pihak Hamas.
Pernyataan itu mengatakan Netanyahu gagal mencapai kesepakatan untuk membebaskan para sandera meskipun ada upaya mediasi dari Mesir dan Qatar serta “fleksibilitas dan sikap positif” yang menurut Hamas telah ditunjukkan.
Baca juga: Alasan Atlet Israel Dijaga Ketat Selama Olimpiade Paris 2024
Sebagai informasi, AS terus mendorong gencatan senjata dan kesepakatan penyanderaan, dan para pejabat AS secara terbuka menyerukan Hamas untuk menerima proposal gencatan senjata sebelumnya di tengah negosiasi bolak-balik selama berbulan-bulan antara kelompok tersebut dan Israel.
Sebelumnya, Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu menegaskan akan terus berperang di Gaza sampai kelompok Hamas hancur. Pernyataan ini dikeluarkan saat berpidato di Kongres Amerika Serikat (AS).
Dia menyebutkan Israel akan terus melancarkan perang di Gaza sampai Israel menghancurkan militer Hamas dan kekuasaannya di Gaza dan memulangkan semua sanderanya, seperti dilansir, Kamis.
Baca juga: Netanyahu Akan Terus Berperang di Gaza Sampai Hamas Hancur
Netanyahu berpendapat Gaza harus dipimpin oleh orang Palestina yang tidak berusaha menghancurkan Israel. Dia menegaskan demiliterisasi dan deradikalisasi di Gaza harus diterapkan agar tercipta perdamaian.
Menurut Netanyahu, demiliterisasi dan deradikalisasi, dua konsep yang diterapkan di Jerman dan Jepang setelah Perang Dunia II dan menghasilkan perdamaian, kemakmuran, dan keamanan selama beberapa dekade.
“Setelah kemenangan kami, dengan bantuan mitra regional, demiliterisasi dan deradikalisasi Gaza juga dapat mengarah pada masa depan keamanan, kemakmuran, dan perdamaian,” sambung Netanyahu. (cnn/hm25)
