13.9 C
New York
Tuesday, November 5, 2024

Konflik Manusia dan Satwa Terungkap Lewat Hope

Medan, MISTAR.ID

Melalui buku dengan judul Hope milik Regina Safri, kita diajak untuk mengetahui konflik yang sering terjadi antara manusia dan satwa di konservasi alam, termasuk perburuan terhadap satwa.

Buku yang disusun selama 4 tahun ini mengajak kita melihat berbagai masalah yang timbul tentang satwa. Regina sebagai jurnalis Pewrata Foto Indonesia (PFI) berhasil mendokumentasikan konflik manusia dan satwa yang berada di Sumatera Utara-Aceh.

Sebelumnya wanita yang akrab dipanggil Rere ini telah menerbitkan bukunya tentang spesies orangutan Kalimantan di tahun 2012.

Rere yang juga merupakan eks fotografer Antara mengatakan ia mulai membuat karya tulis sejak melihat siaran televisi tentang pembantaian Orangutan di tahun 2011.

Baca juga: Literasi Visual, Anak Medan Hadirkan Buku Fotografi Batak Tempo Doeloe

“Melihat itu saya merasa sedih dan selalu teringat, pada akhirnya saya memutuskan untuk terbang ke Kalimantan dan menulis tentang orangutan tersebut,” ungkapnya di Ruang Teater FISIP USU, Rabu (5/6/24) sore.

Lanjutnya, dalam buku Hope juga menceritakan bagaimana peran manusia dalam penyelamatan satwa dan kondisi satwa yang diburu. Rere mengatakan ini bertujuan agar para pembaca mengetahui dan memahami dengan mudah konflik yang terjadi di alam.

“Jadi sebenarnya isu ini sangat berat untuk dibahas, dan biasanya banyak buku yang menerbitkan itu menggunakan bahasa-bahasa ilmiah yang sulit dikonsumsi oleh pembaca, tapi buku ini saya kemas dengan bahasa yang sangat populer. Saya ingin buku ini menjadi campaign dan membuat manusia berpikir tentang hutan dan alam,” katanya.

Selain itu, dalam buku ini juga terdapat portrait bekas luka seorang penyelamat yang pernah diterkam harimau. Perjuangan dokter hewan yang sedang hamil, namun tetap turun ke hutan hanya untuk memeriksa kesehatan satwa. Tak hanya itu, kasus perdagangan kulit harimau yang sempat viral juga dimuat.

Baca juga: Upaya Tingkatan Literasi, 200 Buku Dibagikan ke Siswa SMA

Dalam kesempatan tersebut, Rere mengatakan jika membuat Hope harus memiliki mental yang cukup kuat serta biaya yang memadai.

“Tantangan terberatnya dalam peliputan buku ini adalah biaya. Juga membutuhkan mental, serta fisik yang sangat kuat. Ketika kita memasuki hutan itu, medan magnetnya berbeda dengan kita jalan di luar hutan, di mall,” jelasnya.

Saat ini Rere sedang menjalani roadshow ke-17 kota untuk mengenalkan buku Hope tersebut.

“Hari ini Medan yang menjadi kota keenam yang saya kunjungi. Saya ingin terlebih dahulu menyebarkan virus kepedulian ini kepada masyarakat dan sisanya terserah mereka mau berbuat apa. Saya hanya berharap semua orang dapat berpikir tentang apa yang terjadi pada alam,” harapnya. (dinda/hm20)

Related Articles

Latest Articles