11.1 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Ramadhan Berkah dan Fenomena ‘War’ Takjil di Simalungun

Simalungun, MISTAR.ID

Bagi umat islam yang sedang menjalankan ibadah puasa di bulan Ramadhan, berburu ‘takjil’ sembari menunggu waktu berbuka merupakan hal yang lumrah dilakukan. Di Kabupaten Simalungun, tak hanya umat islam, kaum nasrani pun banyak ikut membeli makanan ringan yang dijajakan para pedagang musiman.

Takjil bukan sekedar pelengkap ramadhan, Aneka kudapan ini meluruhkan sekat agama, ras, suku dan golongan. Ada fenomena baru yang seru pada bulan puasa tahun 2024 ini, yakni ‘war’ takjil lintas agama.

Setri Sipayung (24) dan Widya Saragih (24) belakangan sering memperhatikan jam kerja di tempat mereka mengabdi sebagai tenaga honorer di kantor DPRD Simalungun. Akan tetapi, pikiran mereka bukan soal kapan waktunya pulang.

Kedua wanita ini memikirkan puding, agar-agar, kue basah, jeli, dan minuman segar yang dijajakan pedagang takjil. Mereka tak sabar untuk membelinya dan berbuka puasa dengan teman muslim.

Baca juga: Pasar Takjil di Depan Masjid Raya Kisaran Sudah Ada Sejak Tahun 90-an

Menurut Setri, ada kesenangan tersendiri saat ikut berburu takjil, walaupun tidak sedang berpuasa. Dia bilang, jajanan yang dijual sewaktu bulan ramadhan lebih menarik. “Tampaknya lebih menggoda, lebih menarik, dan jenisnya juga sangat beragam, tinggal menyesuaikan selera,” kata Setri saat diwawancarai mistar.id beberapa waktu lalu.

Pun begitu, Widya seolah-olah tak mau kalah, menjelang waktu pulang, ia paling berisik di antara teman sekantornya. Warga Pematang Raya yang tidak berpuasa ini selalu menanyakan apa takjil untuk buka puasa nantinya. Pertanyaan itu pun memicu saling ledek diantara mereka.

“Berburu takjil lintas agama, takjil milik bersama, siapa cepat dia dapat,” selorohnya.

Widya bilang, suasana puasa selalu hangat dan menyenangkan. Ia sangat menantikan canda tawa saat berbuka puasa bersama teman muslimnya, walaupun terkadang kebersamaan itu berawal dari saling ledek.

Related Articles

Latest Articles