The Outstanding Values Alasan Caldera Layak Jadi UNESCO Global Geopark


Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark, Tikwan R Siregar. (f:amita/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Badan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark, Tikwan R Siregar mengatakan The Outstanding Values yang membuat Caldera layak ditetapkan sebagai jaringan geologi global atau UNESCO Global Geopark.
"Selain Caldera, di Sumatera ada Merangin di Jambi dan Belitung. Merangin Jambi khas dengan biodiversitas dan fosil yang ditemukan di sana, kita khas dengan peristiwa letusan," katanya saat Podcast Mau Tau Aja di Kantor Harian Mistar Jalan Kejaksaan No 5EE, Kota Medan, Jumat (21/3/2025).
Akibat letusan itu, lanjut Tikwan, ada tanaman endemik atau tumbuh di tempat itu tapi sulit ditemukan di tempat lain.
"Misalnya andaliman yang hanya tumbuh di beberapa tempat saja di dunia. Selain itu, ada juga Taksus Sumatrana atau sejenis pinus," ujarnya.
Dia mengatakan beberapa penelitian menyebutkan Taksus Sumatrana memiliki banyak manfaat, salah satunya dapat memulihkan sel kesehatan bagi orang-orang.
"Keunikan itu yang memberikan nilai lebih untuk wisatawan datang berkunjung," tuturnya.
Selain bermain air, Caldera Toba juga dapat dinikmati dengan berbagai atraksi yaitu bebatuan, biodiversitas, dan kebudayaan yang berkembang di sekitar tempat tersebut.
"Danau toba adalah bagian dari Caldera. Sementara itu, Caldera Toba merupakan produk letusan Gunung Toba," ucapnya.
Selain itu, dari segi kebudayaan, Caldera Toba juga berkembang dan menciptakan keragaman budaya yang khas. Jika dikaitkan dengan pariwisata, tentu sangat menjual.
"Anggapan orang-orang, Caldera Toba berkaitan dengan pariwisata. Padahal, lembaga ini fokus ke education, scientific, culture. Makanya pengelolaan tidak jauh dari itu," katanya.
Tikwan menjelaskan Pengelola Toba Caldera UNESCO Global Geopark mengelola agar bisa memberikan edukasi kepada masyarakat sehingga mereka tau apa yang berada di sekeliling.
"Dari edukasi itu, selanjutnya dilakukan penelitian agar penjelasan dapat menjadi ilmiah, bukan mitologi. Kemudian, kebudayaan yang tumbuh di satu tempat pasti mengalami proses adaptasi di lingkungannya," ucapnya.
UNESCO tidak mengukur, memiliki parameter, dan tidak fokus kepada pertumbuhan ekonomi.
"Ketika bergerak di satu lokasi, perlu diketahui apakah masyarakat sudah teredukasi, apakah mereka sudah memahami lingkungan mereka tinggal," ujarnya.
Pertumbuhan ekonomi, lanjutnya, merupakan dampak dari kesadaran masyarakat menjaga alam, ekosistem, pemberdayaan masyarakat.
"Harapannya, pertumbuhan ekonomi bisa berdampak ke masyarakat bawah, bukan hanya industri pariwisata saja," tuturnya. (amita/hm18)
PREVIOUS ARTICLE
Layanan BPJS Kesehatan Tetap Buka Selama Libur Lebaran