Masjid Raya Aceh Sepakat Sediakan Kuah Beulangong Menu Berbuka Puasa


Proses memasak bubur kanji rumbi. (f: amita/mistar)
Medan, MISTAR.ID
Masjid Raya Aceh Sepakat menyiapkan ratusan porsi kuah beulangong dan bubur kanji rumbi sebagai makanan berbuka puasa di tempat itu. Kegiatan ini sudah dilakukan puluhan tahun lalu hingga berganti generasi.
"Bahkan lebih lama lagi dari tahun 1970, para orang tua terdahulu sudah menyediakan menu makanan ini untuk berbuka puasa," kata Koordinator Konsumsi, Lukman, kepada Mistar, Selasa (11/3/2025).
Lukman menjelaskan, menu berbuka puasa rutin di masjid ini terdiri dari dua sesi. Sesi pertama adalah kue, bubur kanji, kurma, teh manis, air mineral, dan sirup. "Untuk sesi kedua dilakukan setelah salat Maghrib, jemaah kembali ke tempat semula lalu kita hidangkan makan malamnya," ucapnya.
Adapun menu yang disajikan dalam satu tray, yaitu sayur, sambal goreng, kuah beulangong, nasi, dan pencuci mulut. Lukman mengatakan, untuk hari Senin hingga Jumat, jumlah daging yang digunakan sebanyak 70 kg. Sedangkan Sabtu dan Minggu bisa lebih daripada itu.
"Daging 70 kg itu bisa untuk 800 porsi, pernah kurang. Tapi kita bukan rumah makan yang bisa memprediksi berapa porsi yang dibutuhkan, kita hanya menyediakan," ujarnya.

Proses memasak bubur kanji rumbi. (f: amita/mistar)
Baca Juga: Menu Buka Puasa Khas Medan
Lukman menjelaskan, kuah beulangong berbeda dari kari. Perbedaan tersebut terletak di santan. Kuah beulangong tidak menggunakan santan, melainkan memasukkan kelapa pada bumbu sewaktu masih diracik.
"Karena itu, kuah beulangong tidak tinggi kadar lemaknya. Kalau kari jelas tinggi kadar lemaknya," tuturnya.
Proses masak kuah beulangong dan bubur kanji rumbi memakan waktu 2,5 jam. Setelah selesai masak pada 15.30 WIB, nanti akan dibungkus untuk dibagikan. "Tidak semua dibungkus untuk dibagi, tapi hanya setengah saja. Sisanya nanti akan dibagikan saat berbuka puasa," katanya.
Adapun dana yang didapatkan, kata Lukman, berasal dari donatur. Donatur yang berdonasi berasal dari orang Aceh dan orang non Aceh. "Yang penting saudara seiman. Donasi juga tidak hanya uang, barang juga kita terima, yang penting bisa dimanfaatkan untuk umat," ucapnya. (amita/hm24)