Manisan Halua, Camilan Khas di Langkat saat Puasa dan Lebaran


Sejumlah warga membeli manisan Halua di Jalan Zainul Arifin Stabat. (f: endang/mistar)
Langkat, MISTAR.ID
Warga di Kabupaten Langkat khususnya etnis Melayu mempunyai camilan khas saat bulan puasa dan Hari Raya Idulfitri yang disebut Halua. Halua adalah manisan buah-buahan dan sayuran yang dibuat sedemikian rupa, sehingga memiliki rasa manis yang khas dan tekstur renyah yang menggugah selera.
Menurut sejarah, halua ini sudah ada sejak zaman dahulu. Dulunya, makanan tradisional ini sering dihidangkan pada acara-acara atau peringatan hari besar di kalangan Kesultanan pesisir timur Sumatera yang wilayahnya terbentang dari Langkat hingga Riau.
Nama halua berasal dari bahasa Arab, yang artinya manisan. Halua sering disajikan pada saat Lebaran, untuk menjamu tamu yang datang ke rumah.
Jika di tempat lain buah dan sayur yang akan dijadikan manisan umumnya adalah buah salak, mangga, pepaya dan kolang kaling. Di Langkat sejumlah buah-buahan dan sayuran lainnya dapat dinikmati seperti manisan labu, wortel, daun pepaya, terong, buah renda, buah gelugur, buah gundur dan yang paling pavorit manisan cabai merah.
Pembuatan manisan halua ini juga terbilang mudah, mulai dari membersihkan buah dan sayur yang akan dijadikan bahan halua. Kemudian direndam dengan air kapur sirih untuk mempertahankan tekstur buah agar tetap renyah dan tidak terlalu lunak setelah diproses, menjaga warna buah tetap cerah, serta menghilangkan getah yang menempel pada buah atau sayur.
Bahan buah dan sayur ini direndam dalam larutan gula dan bahan lainnya selama dua hari hingga dua pekan. Ini tergantung jenis sayur dan buah yang akan dijadikan manisan halua.
Manisan halua dari Langkat memiliki keunikan tersendiri, yaitu rasa manis yang pas dan tidak terlalu kuat, serta tekstur yang renyah, namun tetap lembut di dalam. Bahan-bahan alami dan proses tradisional membuat manisan ini tetap populer di kalangan masyarakat setempat. Camilan ini memiliki cita rasa yang manis, namun tidak menghilangkan rasa asli buah dan sayuran yang dijadikan halua.
Salah satu sentra penjualan manisan halua berada di Jalan Zainul Arifin berdekatan dengan Masjid Raya Stabat di Jalan Lintas Medan-Aceh. Di lokasi tersebut terdapat sejumlah toko menjual aneka jenis halua, bermacam bentuk dan warna baik yang sudah matang atau jadi ataupun yang masih mentah.
Menurut Wiwin, salah seorang penjual halua Langkat, selama bulan Ramadan permintaan manisan itu mencapai 50 kg per harinya. “Rata-rata pembeli halua adalah warga yang melintas di jalinsum baik dari Aceh maupun Medan, untuk berbuka puasa atau dijadikan oleh-oleh. Yang memesan online juga banyak. Ada juga permintaan online dari Pulau Jawa,” ujar Wiwin, Senin (17/3/2025).
Harganya mulai dari Rp60 ribu untuk jenis halua buah pepaya, salak dan wortel hingga termahal Rp120 ribu untuk manisa halua cabai merah. “Cabai merah paling mahal harganya karena harga cabai merah yang memang mahal dan proses pembuatannya yang relatif paling rumit,” kata Wiwin.
Sedangkan jika membeli halua berbagai jenis yang dicampur menjadi satu dipatok seharga Rp85 ribu per kg nya. Sejumlah warga yang datang membeli di lokasi ini mengaku setiap tahunnya memilih halua untuk panganan di bulan Ramadan dan Hari Raya Idulfitri.
“Kalau di hari biasa memang ada yang jual halua tetapi jenisnya tidak sebanyak saat bulan puasa. Di bulan puasa ini bisa ada 15 jenis manisan halua,” ujar Magfirah, warga Medan yang membeli 3 kg halua berbagai jenis. (endang/hm24)
PREVIOUS ARTICLE
Toge Panyabungan, Takjil Favorit saat Berbuka Puasa