Wednesday, March 26, 2025
home_banner_first
KESEHATAN

Efek Tetris Bisa Bantu Atasi PTSD?

journalist-avatar-top
Senin, 24 Maret 2025 08.28
efek_tetris_bisa_bantu_atasi_ptsd

Game Tetris. (f: ist/mistar)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Istilah Efek Tetris pertama kali diperkenalkan oleh jurnalis Jeffery Goldsmith pada 1994. Fenomena ini terjadi ketika seseorang mengalami pengalaman berulang dalam mimpinya setelah menjalankan tugas tertentu dalam waktu lama.

Goldsmith mencontohkan dengan Tetris. Jika seseorang bermain game ini selama berjam-jam, mereka mungkin akan bermimpi tentang balok-balok yang jatuh dan terus menyusun pola tertentu. Efek visual ini disebut sebagai citra kognitif, yakni kesan berulang yang bertahan di pikiran.

Tidak hanya dari Tetris, fenomena ini juga bisa muncul dari aktivitas lain seperti mendengar lagu secara terus-menerus, merasakan getaran ponsel, atau bahkan suara karakter dari acara TV. Efek ini menunjukkan kemampuan otak untuk menyimpan dan mengulang pengalaman tertentu.

Tetris untuk Terapi PTSD

Penelitian tahun 2020 menunjukkan bahwa Efek Tetris dapat membantu mengurangi kilas balik traumatis pada penderita PTSD. Dalam studi tersebut, dua kelompok pasien PTSD dibandingkan:

  1. Kelompok pertama menjalani terapi standar Eye Movement Desensitization and Reprocessing (EMDR) dan bermain Tetris selama 60 menit setiap hari.
  2. Kelompok kedua hanya menjalani terapi EMDR tanpa bermain Tetris.

Setelah 6 bulan, hasilnya menunjukkan bahwa kelompok yang bermain Tetris mengalami peningkatan volume hippocampus, bagian otak yang berperan dalam memori, pembelajaran, dan navigasi. Mereka juga melaporkan penurunan gejala PTSD, sementara kelompok tanpa Tetris tidak menunjukkan perubahan.

Ahli saraf dari Universitas Uppsala, Swedia, dr. Emily A. Holmes menjelaskan bahwa otak tidak bisa fokus pada dua hal sekaligus. Saat bermain Tetris, pikiran lebih terstimulasi oleh permainan daripada memunculkan kembali trauma.

"Otak Anda tidak bisa melakukan dua hal secara bersamaan. Anda tidak bisa mengalami kilas balik yang jelas sekaligus bermain Tetris," kata Holmes, dilansir dari detikhealth, Senin (24/3/2025).

Penelitian lain dilakukan oleh Robert Stickgold, peneliti dari Harvard University, pada tahun 2000. Stickgold pertama kali mengalami efek ini setelah mendaki gunung. Ia bermimpi tentang lereng gunung yang sama setelah seharian mendaki. Mimpi ini membuatnya tertarik untuk meneliti fenomena tersebut.

Ia kemudian menggunakan Tetris sebagai objek penelitian karena sifatnya yang repetitif dan berpotensi memicu efek serupa. Hasilnya menunjukkan beberapa fakta menarik:

  1. Pemain pemula lebih mungkin mengalami Efek Tetris dibanding pemain berpengalaman.
  2. Ini menunjukkan bahwa semakin baru seseorang dalam suatu aktivitas, semakin besar kemungkinan otaknya mengulang pengalaman tersebut dalam mimpi.
  3. Efek Tetris tetap terjadi pada penderita amnesia.
  4. Dalam eksperimen ini, lima peserta mengalami kerusakan hippocampus, yang menyebabkan hilangnya ingatan jangka pendek.
  5. Meskipun mereka tidak dapat mengingat bermain Tetris pada hari sebelumnya, tiga dari lima peserta tetap bermimpi tentang permainan tersebut.
  6. Salah satu peserta bahkan secara refleks menekan tombol yang benar keesokan harinya, meskipun ia tidak sadar pernah bermain Tetris sebelumnya.

"Dia tidak tahu pasti apa yang sedang dia lakukan, tetapi dia tahu cara melakukannya," kata Stickgold.

Fenomena ini menunjukkan bagaimana alam bawah sadar bekerja, bahkan ketika seseorang tidak menyadari ingatan yang tersimpan dalam otaknya.

Masih banyak yang perlu diteliti mengenai Efek Tetris, terutama bagaimana hal ini dapat mengubah kerja otak. Tidur dan mimpi masih menjadi misteri bagi para ilmuwan, tetapi game klasik tahun 1980-an ini mungkin memegang kunci tak terduga untuk memahami cara kerja otak dalam mengolah ingatan dan trauma. (detik/hm20)

REPORTER:

RELATED ARTICLES