13.9 C
New York
Friday, April 12, 2024

Melirik Pajak Sambu di Kota Medan yang Tak Pernah Sepi, Pakaian ‘Monza’ Diobral Murah Meriah

Medan, MISTAR. ID

Bagi warga Sumatera Utara (Sumut), ada keunikan tersendiri soal penggunaan istilah, yang kerap membuat bingung orang lain yang memahami dengan arti sebenarnya.

Misalnya, menyebut sepeda motor, warga Sumut lebih familiar dengan istilah ‘kereta’. Menyebut Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) dengan ‘galon’ dan menyebut jalan raya dengan ‘pasar hitam’.

Satu lagi istilah yang akrab didengar, meski jika ditilik dari arti sebenarnya sangat jauh beda, yaitu pasar. Masyarakat Sumut menyebutnya dengan istilah ‘Pajak’. Padahal pajak dalam pengertian sebenarnya merupakan pungutan wajib atau cukai sebagai pendapatan ke negara.

Sedangkan ‘Pajak’ dalam pengertian warga Sumut adalah lokasi atau tempat berjualan, di mana terjadi transaksi penjual dan pembeli.

Baca Juga: Pasar Aksara Tampak Megah, Namun Sepi Pengunjung

Nah, jangan heran lagi ketika anda berada di pusat Kota Medan yang sudah tersentuh modernisasi, istilah ‘pajak’ masih tetap digunakan hingga sekarang untuk menyebut pasar.

Salah satu lokasi pasar yang cukup terkenal sejak tahun 90-an adalah Pajak Sambu yang terletak di Jalan Sutomo, Kota Medan. Di sini, barang dagangan yang khas dari dulu sampai sekarang adalah pakaian bekas asal pelabuhan Tanjung Balai dan Belawan.

Untuk menyebut pakaian bekas ini pun, warga Sumut punya banyak istilah. Ada yang menyebutnya dengan istilah burjer, rojer, rombengan dan yang paling familiar untuk warga Kota Medan adalah monza.

Entah siapa yang memulai, tetapi istilah monza ini, konon merupakan singkatan dari Mongonsidi Plaza. Jadi, tak salah jika warga Medan selalu mengidentikkan Pajak Sambu dengan Monza. Karena memang di Pajak Sambu ini tersedia beragam model pakaian bekas, tas, sepatu dan lain-lain.

Baca Juga: Pedagang Pasar MMTC Menjerit, Sewa Kios Terlalu Mahal

Namun pembeli jangan mudah terkecoh! Meski lokasinya di kaki lima, harga jualnya sebagian ada juga kelas bintang lima. Alasannya, pakaian ‘berkelas’ yang diyakini berasal dari luar negeri dan kualitasnya masih lumayan bagus.

Lazimnya, monza yang tergolong mahal itu dipajang dengan cara digantung. Sedangkan untuk monza jenis acak dan dijual dengan harga obral dan diserakkan saja di lantai atau emperan toko. Sehingga pembeli harus pintar-pintar memilih dan memilahnya sendiri.

Di Pajak Sambu ini, kebanyakan pakaian bekas memang dijual murah, namun pembeli juga harus pintar-pintar menawarnya. Biasanya, jika pintar menawar harganya bisa sangat miring. Misalnya kemeja, celana, jaket dan lain-lain dengan harga Rp 10 ribu per potong.

Karena terkenal barang-barang dijual murah, makanya sejak pagi hingga sore, Pajak Sambu ini selalu ramai. Apalagi jika ada pedagang yang sedang buka bal, pasti akan diserbu pembeli. Fenomena berebutan ini, paling ramai menjelang sore hari.

Baca Juga: Pemerintah Pastikan UMKM Kuasai Pasar Domestik dan Global

Salah seorang pedagang di Pajak Sambu, Yerty (40) kepada Mistar, Minggu sore (4/6/2023) mengakui jika cikal bakal mulanya pakaian bekas di Pajak Sambu ini berasal dari Tanjung Balai.

Mongonsidi Plaza yang lazim disingkat monza tersebut merupakan tempat di Kota Tanjung Balai yang menjadi pelopor penjualan baju sisa impor. Seiring waktu, kata monza jadi sebutan yang menempel serta tidak asing lagi didengar.

“Walaupun tempat di Tanjung Balai tersebut telah lama tutup, tetapi bagi penjual baju sisa di Kota Medan istilah monza malah tenar, “ucap Yerty yang tampak sibuk melayani pembeli.

Salah seorang petugas keamanan di sana, Anton (37) menuturkan sekilas sejarah perkembangan Pajak Sambu ini.

Baca Juga: Harga Buah Mahal, Sate Jengkol Langka di Pasaran

Menurutnya, dekade 90-an, banyak barang kebutuhan rumah tangga termasuk jenis pakaian yang dijual serba mahal. Sementara  pendapatan warga sangat terbatas, sehingga masyarakat butuh pasar alternatif untuk menjawab kebutuhan sehari-hari dengan harga murah.

Tak jelas siapa yang memulai, banyak warga mulai berjualan di wilayah yang lambat laun lokasi pasar dadakan ini tumbuh dan berkembang pesat.

“Bila dahulu cuma ada jualan baju saja, tetapi saat ini sudah ada berbagai macam barang kebutuhan sehari-hari yang dapat ditemukan di Pajak Sambu ini, “ujar Anton.

Bahkan menurut Anton, para pedagang selalu menjajakan barangnya dengan cara unik dan lucu untuk menarik perhatian pembeli.

Baca Juga: Pasar Keuangan Berpeluang Diperdagangkan di Zona Hijau

“Aksi lucunya orang dagang ini, di situ mulai buka langsung menjajakan dagangannya dengan suara lantang. Ada pula pula yang bereaksi lucu seperti stand up comedy yang menarik atensi pembeli,”imbuhnya.

Namun jika anda tengah berbelanja di Pajak Sambu ini harus senantiasa waspada dan hati-hati. Pasalnya, di seputaran Pajak Sambu sangat dikenal pula dengan banyak copet berkeliaran, menyatu di tengah keramaian pembeli. (saferius/hm17).

Related Articles

Latest Articles