11.7 C
New York
Tuesday, April 23, 2024

Konversi Lahan Sawah jadi Darat Kian Marak, Tanaman Padi Makin Terancam

Simalungun,MISTAR.ID

Pesatnya konversi lahan sawah menjadi lahan darat (jagung) sangat berdampak terhadap menyusutnya areal persawahan di sejumlah lokasi di Simalungun. Dampaknya, gabah padi pun semakin terancam langka karena beralih ke jagung.

Ironisnya, belakangan lahan sawah juga marak jadi bisnis property (perumahan), seperti yang tampak di Kecamatan Panei, Kabupaten Simalungun.

Sudah sejak Januari lalu, padi yang digiling di kilang padi ‘Bengetdo’ yang terletak di Nagori (desa) Janggir Leto, Kecamatan Panei mengalami penurunan drastis. Dari biasanya sekitar 1.200 ton per bulan pada tahun 2022, saat ini paling hanya 150 ton per bulan gabah padi yang digiling.

Pemilik penggilingan padi sekaligus pedagang beras ‘Bengetdo’ Hotmian Simatupang mengaku, berkurangnya gabah padi saat ini karena banyak petani sawah beralih menanam jagung. Dampaknya pasokan gabah padi mengalami penurunan, bahkan tergolong langka.

Menurutnya, fenomena gabah padi yang mulai langka ini, disebabkan beberapa faktor, antara lain maraknya peralihan sawah menjadi darat dan juga bisnis property melalui Kredit Pemilikan Rumah (KPR).

Baca juga : Senyuman Petani Simalungun Saat Harga Padi Melambung Malah Dirusak Hama Tikus

“Sekarang sudah banyak sawah warga jadi lahan jagung, diperparah lagi sekarang, musim pembangunan perumahan,” tutur Hotmian kepada Mistar, Sabtu (20/5/23) saat disambangi di kilang padinya.

Dikatakannya, tahun 2022 lalu kilang padi ‘Bengetdo’ miliknya, setiap hari masih menerima 40 ton gabah per hari, namun sekarang paling hanya 5 ton per harinya. Saat ini harga gabah basah sekitar Rp5.200 per Kg, dan gabah kering Rp6.300 per Kg.

“Kalau tahun lalu satu hari sampai 4 truk (masing-masing 10 ton), tetapi sekarang untuk muat 1 truk saja susah,”pungkasnya.

Seorang petani di daerah yang sama, Pengki Damanik mengatakan, peralihan tanaman padi sawah ke lahan jagung juga diakibatkan susahnya proses penanaman padi, mulai dari menanam hingga panen.

“Misalnya setelah panen, kalau sawah kan harus di jetor (traktor) dulu, sedangkan lahan jagung bisa langsung ditanam ulang,”ujarnya.

Saat ini lahan pertanian milik Pengki ada 10 rante. Dari jumlah seluruhnya itu, hanya tersisa 3 rante yang masih dijadikan lahan sawah.

Istilah rante ini merupakan satuan tradisional yang masih berlaku untuk ukuran tanah di banyak tempat. Konversi 1 rante standar menjadi meter adalah 20 x 20 meter, dengan demikian 1 rante sama dengan 400 meter persegi.

“Dulu 10 rante sawah semua, sekarang 7 rante sudah jadi darat dan ditanam jagung. Tinggal 3 rante lah sawah, itupun khusus untuk kebutuhan rumah tangga saja,”ujarnya. (indra/hm19)

Related Articles

Latest Articles