22.2 C
New York
Monday, April 29, 2024

Petani Milenial Simalungun Keluhkan Jalan Rusak dan Pupuk Bersubsidi Mahal ke Airlangga

Simalungun, MISTAR.ID

Siska Indayani Damanik (27) warga Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun, yang mewakili petani milenial Simalungun mengeluhkan jalan rusak dan harga pupuk subsidi yang mahal. Keluhan itupun disampaikan dihadapan Menteri Koordinator Perekonomian (Menko RI) Airlangga Hartarto pada Kamis (22/6/23).

“Saya mewakili petani milenial Simalungun karena lapangan pekerjaan susah, lulusan sarjana (S1) pulang kampung dan menjadi petani. Karena pekerjaan di kota susah dan memutuskan pulang kampung menjadi petani,” ungkap Siska Indayani Damanik, menjawab pertanyaan Menko pada acara launching Closed Loop Kawasan Pertanian Terpadu Simalungun (KPT-S) di Nagori Panribuan, Kecamatan Dolok Silau, Kabupaten Simalungun.

“Keluhan pertama harga pupuk. Kami memang sadar petani milenial disubsidi, tetapi tanpa mengurangi rasa hormat saya dengan tidak langsung pupuk subsidi sebenarnya membunuh kami, benar-benar membunuh kami,” ungkap Siska Indayani.

Baca juga: Waspada Perubahan Cuaca Musim Kering, Menko Airlangga Ingatkan Petani Jaga Produktivitas Pertanian

Dijelaskannya kembali, kalau misalnya lahan 10 rante dan pupuk yang dibutuhkan itu berkisar 5-6 sak untuk satu bulannya. Tetapi karena harga mahal pihaknya tidak bisa membeli langsung ke toko-toko pupuk subsidi.

“Jadi harga dinaikkan toko-toko pupuk tadi sangat membebani kami. Sejauh ini kartu petaninya masih diurus di kecamatan, karena kalau tidak ada kartu tidak bisa beli pupuk. Kalau untuk pupuk Urea sekarang itu satu sak Rp210 ribu. Harga itu sudah mahal pak, karena harga tomat sekarang perkilonya itu Rp. 3.500 untuk saat ini,”
ungkapnya lagi.

Lanjut Siska Indayani lagi, keluhan yang kedua yang disampaikannya pun tentang distribusi. Kalau tentang pupuk distribusi tidak boleh lari dari agen. Pihaknya pun juga mengeluhkan hal itu, dimana agen menjual pupuk bisa dua kali lipat harganya.

Baca juga: Petani Singkong di Simalungun Keluhkan Kelangkaan Pupuk Bersubsidi, Jenis Non Subsidi Mahal

“Tapi pak, yang kami keluhkan itu harga yang diambil (dibuat) agen itu terlalu tinggi. Bisa menjadi dua kali lipat. Kenapa harga agen itu tinggi. Karena memang transportasi dari kota sampai ke kampung sangat susah pak, seperti yang bapak lalui jalan rusak. Rusak jalan akhirnya semakin tinggi, semakin tinggi harga transportasi dan semakin mahal mereka ambil keuntungan,” ujarnya.

Sambungnya lagi, seperti yang didengar tadi, sebenarnya ini harus punya kartu. Pengurusan kartu belum ada di wilayahnya. Jadi pupuk subsidi dibagi berdasarkan kelompok tani.

“Akhirnya dari pembagian tidak merata. Jadi pupuk subsidi ini dijual kepada kami Rp160 ribu satu saknya. Tidak semua bisa masuk ke dalam dan belum punya kartu itu akhirnya kami membeli dan harganya mahal,” ucapnya.

Baca juga: Musim Kemarau Landa Simalungun, Petani Daerah Perbukitan Dihimbau Membuat Wadah Stok Air

Keluhan ketiga, terkait masalah bibit. Bibit bawang itu disubsidi sama pemerintah Kabupaten. Seharusnya setelah ditanam oleh petani dan panen pemerintah itu harus turun untuk menyesuaikan harga agar tidak murah.

“Nah ini bibit bawang sekian ton, disuruh tanam. Tapi sebenarnya kalau mereka menyuruh menanam dan setelah panen seharusnya mereka tidak boleh lepas tangan. Nah faktanya lepas tangan. Jadi kita menjualnya sendiri. Alangkah baiknya kalau pemerintah mensubsidi bibit bawang dan ketika panen mereka seharusnya mengambil dari kita dengan harga yang pantas,” ucapnya.

Menanggapi keluhan itu, Menteri Koordinator Perekonomian Republik Indonesia (Menko RI) Airlangga Hartarto pun menyampaikan. Pemerintah akan mendorong hal itu sehingga ketika panen harga tidak turun dan itu yang nantinya didorong.

Baca juga: Pemkab Simalungun Beli Alat Pengering Bantu Kesulitan Petani Cabai

“Ini akan terus kami dorong. Diharapkan kesejahteraan petani bisa meningkat. Apalagi pengembangan kawasan di Deli Serdang, Simalungun dan Karo ini terus akan kita dorong,” pungkas Menko. (Hamzah/hm21).

Related Articles

Latest Articles