Friday, January 31, 2025
logo-mistar
Union
TAPANULI BAGIAN TENGAH

Puluhan Ternak Babi Mati Mendadak di Tapteng, Penyuluh Lakukan Lidik

journalist-avatar-top
By
Thursday, January 30, 2025 21:41
82
puluhan_ternak_babi_mati_mendadak_di_tapteng_penyuluh_lakukan_lidik

drh Lenni Hutagalung. (f:ist/mistar)

Indocafe

Tapteng, MISTAR.ID

Masyarakat Desa Mela 1, Kecamatan Tapian Nauli, Kabupaten Tapanuli Tengah (Tapteng) melaporkan ke Dinas Pertanian dan Peternakan (Distanak) setempat terkait kasus kematian puluhan ternak babi secara mendadak.

Dokter hewan Distanak Tapteng, drh Lenni Hutagalung mengatakan, setelah mengetahui informasi itu, kepala dinas (kadis) sudah langsung memerintahkan tim penyuluh lapangan untuk melakukan lidik atau penyelidikan di lokasi.

"Kita sudah langsung bergerak cepat setelah menerima laporan. Tim sedang melakukan penelusuran data dari peternak dan memeriksa kondisi ternak yang mati," ujar Lenni, pada Kamis (30/1/25).

Ia menjelaskan, tim investigasi tidak hanya mencatat jumlah babi yang mati, tetapi juga meneliti gejala-gejala yang muncul sebelum kematian. Langkah ini krusial untuk mengidentifikasi jenis penyakit yang menyerang ternak tersebut.

"Dari temuan di lapangan, dugaan sementara penyakit yang mematikan ternak ini disebabkan oleh virus, namun kita masih tetap melakukan penelusuran," katanya.

Lenni menekankan, sebagai langkah antisipasi pentingnya edukasi dan biosekuriti bagi peternak, sebab virus ini bisa saja menular melalui manusia.

Ia menjelaskan beberapa tips penting yang perlu dilakukan yaitu terkait kebersihan adalah kunci sebenarnya yakni peternak harus menjaga kebersihan diri, menghindari kontak langsung dengan babi, dan rutin membersihkan serta mendesinfeksi kandang dan sekitarnya.

"Desinfeksi diri dengan menyemprotkan cairan desinfektan sebelum dan sesudah bekerja di kandang juga sangat penting," sebutnya.

Kemudian, lanjutnya, pakan sehat, imun kuat yakni memberikan pakan bergizi dapat meningkatkan daya tahan tubuh ternak babi, sehingga lebih tahan terhadap serangan virus.

"Waspada bibit murah, artinya peternak harus menghindari membeli bibit ternak babi murah, terutama yang berasal dari luar daerah, karena berisiko tinggi membawa penyakit," jelas Lenni.

Ia mengimbau masyarakat untuk tidak panik terkait ternak babi yang mati mendadak ini, pasalnya, meskipun puluhan babi mati, dipastikan bahwa virus ini tidak menular ke manusia.

"Bahkan mengkonsumsi daging babi tetap aman, asalkan berasal dari sumber yang sehat dan terjamin kebersihannya," pesannya.

Kejadian ini, sebut Lenni menambahkan, akan menjadi pengingat penting bagi peternak untuk selalu menerapkan praktik peternakan yang higienis dan aman.

"Kami berkomitmen untuk terus memantau situasi dan memberikan informasi terbaru terkait perkembangan kasus ini. Semoga kasus kematian puluhan babi ini segera terungkap dan langkah-langkah pencegahan yang efektif dapat diterapkan," tutupnya.

Sebelumnya, Samurung Manalu, warga Lingkungan III Aek Lobu Desa Mela 1, yang merupakan seorang peternak babi melaporkan, enam ekor babi miliknya mati mendadak setelah terserang penyakit yang tidak diketahui hingga seluruh ternaknya habis tidak tersisa.

"Sebenarnya, peristiwa ini telah terjadi sejak Desember 2024 lalu, dimulai dari satu ekor babi terjangkit penyakit yang belum diketahui jenisnya hingga menjangkiti ternak lainnya," ujarnya.

Ia menceritakan, semua ternak babi yang diternakkan, mati secara berangsur, namun dalam kurun waktu berdekatan.

"Awalnya itu seekor yang sakit pada awal Desember 2024, tidak mau makan. Lalu, keesokannya ternak lainnya mengalami hal yang sama hingga satu per satu mati," ungkapnya.

Padahal, lanjut Samurung, ternak babinya itu akan disembelih pada pesta adat pernikahan anaknya yang akan digelar dalam waktu dekat ini.

"Kalau kerugian ditaksir mencapai Rp 20 juta. Yang buat pusing saat ini kemana lagi dicari ternak untuk pesta ini," sebutnya merasa sedih.

Senada dengan Samurung, peternak lainnya Mak Dapot boru Hutapea juga mengungkapkan kesedihannya akibat ternaknya juga telah terjangkit dan mati dengan gejala yang sama.

Ia mengatakan, 19 ekor ternaknya turut mati mendadak karena penyakit tersebut dan mengakibatkan kerugian yang lebih besar lagi.

"Saya punya anak babi ada 18 ekor, jika dijual per ekornya bisa sekitar Rp700 ribu sampai Rp1 juta. Belum lagi induknya yang mati seberat 80 kilogram, biasanya dijual Rp50 ribu per kilogramnya," sebutnya. (feliks/hm27)

journalist-avatar-bottomRedaktur Ferry Napitupulu

RELATED ARTICLES