Ratusan Ekor Babi Mati Akibat Virus ASF di Deli Serdang
Pemberian desinfektan kepada babi yang diduga terkena virus ASF. (f:amita/mistar)
Deli Serdang, MISTAR.ID
Sekitar 800 ekor babi mati karena terjangkit Virus African Swine Fever (ASF) atau Flu Babi Afrika di Jalan Lembaga Pemasyarakatan Gang Mangga, Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang, pada Kamis (30/1/25).
Gerakan Peternak Babi Indonesia (GPBI) bersama Balai Veteriner, Dinas Peternakan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Utara (Sumut), dan Dinas Peternakan Deli Serdang melakukan peninjauan untuk mengambil sampel dari babi yang terjangkit penyakit untuk dipastikan apakah babi yang sakit terjangkit virus ASF.
Ketua GPBI, Heri Ginting mengatakan diduga virus ini sudah ada dari tahun 2019 hingga saat ini.
"Diduga terpapar virus ASF, makanya saya lapor ke Kepala Balai Veteriner untuk lakukan sidak apakah benar babi yang sakit ini terjangkit virus ASF, Senin akan tahu hasilnya," kata Heri.
Ia mengaku belum tahu pasti jumlah laporan yang masuk terkait jumlah babi yang terpapar di Kecamatan Pancur Batu, Kecamatan Namorambe, Kelurahan Simalingkar B, dan Kelurahan Kwala Bekala.
"Karena peternak ini kalau babi ternaknya sakit langsung dijual untuk menghasilkan uang. Inilah yang kami minta dari pemerintah agar bagaimana virus ini tidak merebak," lanjutnya.
Sementara di daerah Jalan Lembaga Pemasyarakatan dari bulan November 2024 hingga saat ini, diungkapkannya sudah ada 700-800 ekor babi mati akibat virus itu. Lanjutnya, virus ini sangat berdampak pada perekonomian peternak.
"Saya lakukan kunjungan, yang biasanya disediakan makanan enak sekarang tidak ada. Saya tanya kenapa, mereka jawab karena banyak babi ternak mati akibat virus," tutur Heri.
Pembina GPBI, Sutrisno Pangaribuan menyebut peninjauan kali ini hanya mengambil sampel darah babi yang diduga terjangkit virus ASF.
"Kita berharap dalam satu dua hari ini ada hasil untuk dilihat apakah babi-babi yang sakit ini terjangkit penyakit lain," ucapnya.
Menurutnya, peternak tidak memiliki kemampuan dan tidak mengerti ketika hewan ternaknya terjangkit suatu penyakit.
"Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah ketika ternaknya lemas, syukur-syukur masih bisa dijual. Hanya sebatas itu saja, pembeli juga tidak tahu kalau hewan ini sakit," tuturnya.
Ia juga menyampaikan virus ini tidak zoonosis atau tidak menular kepada manusia.
"Tapi diharapkan pemerintah dapat segera membuat vaksin untuk kemudian dapat dijadikan obat untuk virus ini," sambungnya.
Salah seorang peternak babi, Sahat Nainggolan menegaskan ia sangat menderita karena adanya virus ini.
"Pemerintah Deli Serdang tolong dibantu kami, selama ini belum pernah menemukan obat seperti yang diberikan tadi. Kadang saya beri campuran formalin agar sembuh, tapi juga tidak ada efek," ujarnya.
Sahat meminta agar diberikan petunjuk di mana dapat membeli obat untuk mengobati ternak babi miliknya.
"Kami siap menerima apapun yang diberikan kepada kami dari pemerintah," pungkasnya. (amita/hm18)