16.4 C
New York
Monday, April 29, 2024

Mau Daftar Relawan Gerakan Sumut Mengajar, Ini Hal yang Perlu Diketahui Mahasiswa  

Medan, MISTAR.ID

Gerakan Sumut Mengajar (GSM) merupakan sebuah komunitas yang menghimpun mahasiswa-mahasiswi dari seluruh Indonesia, khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

Mereka akan disiapkan jadi relawan pengabdian kepada masyarakat. Lokasi tempat pengabdiannya adalah daerah atau desa terpencil.

Wakil Direktur I GSM, Hidayat Chaniago menjelaskan, GSM terbentuk berawal dari keresahan seorang founder (pendiri) terhadap bidang pengabdian masyarakat sekitar tahun 2015 lalu.

Baca juga: 306 Pahlawan Literasi Sumut Diberangkatkan ke Pelosok Desa

“Dulu sejarahnya, orang tua pendiri GSM memiliki historis yang luar biasa, terutama di bidang pengabdian masyarakat, tapi berlatar belakang dakwah Islam,” ujar pria yang akrab disapa Dayat ini, Sabtu (20/5/23).

Pendiri GSM pertama kalinya membuat gebrakan bernama Gerakan FSH Mengabdi sebelum berganti nama menjadi GSM.

“Ternyata, semangat itu turun ke anak-anaknya yang kebetulan pada saat itu kuliah di Universitas Islam Negeri Sumatera Utara (UINSU), Fakultas Syariah dan Hukum (FSH). Kemudian dibentuklah Gerakan FSH Mengabdi, yang berisi mahasiswa, cuma tak eksis. Maka dibuat lah isu baru, yakni pendidikan,” sambung Hidayat.

Sejak itu lah terbentuk komunitas GSM yang pesertanya berasal dari seluruh mahasiswa tanpa memandang latar belakang suku, agama, ras, maupun golongan tertentu.

Jumlah relawan yang tergabung dari 2015 sampai sekarang kalau dihitung sudah hampir 2 ribu lebih. Relawannya berasal dari seluruh mahasiswa di Indonesia, tapi paling banyak dari Sumut. Di antaranya dari kampus UINSU, Universitas Negeri Medan (Unimed), Universitas Sumatera Utara (USU), Universitas Islam Sumatera Utara (UISU), Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU), Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), UIN Syahada Padang Sidempuan, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Mandailing Natal dan yang lainnya,”paparnya.

Baca juga: Plt Kadisdik Siantar Rudol Barmen Ajak Guru Mengajar dengan Hati

Saat ini, GSM telah sampai pada Bacth 14 dan mereka akan mulai terjun ke lapangan saat libur semester nanti. Sebelumnya, sebanyak 300 relawan Batch 13 telah diwisuda pada tanggal 11 Maret 2023 lalu.

Menjadi Bagian GSM Sangat Mudah

Untuk menjadi bagian GSM cukup mudah. Caranya, daftar lewat open rekrutmen yang dibuka GSM. Open rekrutmen biasanya dalam setahun maksimal dua kali. Namun kalau kebutuhan desa tertentu banyak, bisa dibuat dua kali.

“Setelah open rekrutmen, langkah selanjutnya registrasi, setelah itu seleksi wawancara, baru kemudian dinyatakan lulus atau tidaknya,” imbuh Hidayat.

Tak hanya itu, nantinya setelah dinyatakan lulus, calon peserta akan diberikan pembekalan sebelum terjun ke masyarakat atau tempat pengabdian. Kemudian, terakhir relawan telah melakukan pengabdian akan diwisuda.

Baca juga: Literasi Inklusi Keuangan di Kalangan Mahasiswa Perlu Ditingkatkan

Meski GSM memprioritaskan tempat terpencil untuk pengabdian, namun tak menutup kemungkinan relawan diterjunkan ke tempat yang bukan terpencil. Untuk wilayah Sumut, seperti Kabupaten Deli Serdang, Karo, Dairi, Pakpak Bharat, Samosir dan yang lainnya.

Ada pun jumlah relawan yang diterjunkan ke setiap desa, tergantung situasi dan kebutuhan desa yang dituju. Setiap  desa diisi relawan per kelompok tergantung jumlah relawan dan desanya. Kalau jumlah relawan dan desanya banyak, maka satu kelompok itu terdiri atas 2 orang dan maksimal 5 orang.

“Untuk durasi pengabdian, maksimal selama dua pekan atau 14 hari. Namun, bisa saja diperpanjang berdasarkan dari beberapa aspek. Hal itu juga tergantung relawan, kalau mau, mereka bisa sampai sebulan. Program yang diajarkan kepada masyarakat, meliputi pendidikan, sosial, budaya, dan keagamaan,” kata Hidayat.

Manfaatnya Bukan Dalam Bentuk Materi  

Soal teknis keberangkatan, relawan tak perlu khawatir. Panitia bersama Pemerintah Provinsi Sumatera Utara (Pemprovsu) sudah mengaturnya.

Baca juga: Demi Legalitas Ijazah Sarjana, 12 Mahasiswa Surati Yayasan USI Laksanakan Putusan PTUN Medan

Kalau dulu berangkatnya masing-masing naik angkutan umum, tapi Batch 14 ini karena banyak dibantu Pemprovsu, maka diantar sampai ke kantor Bupati /Wali Kota setempat.

“Nanti ada orang tua asuh yang telah dikoordinir menjemput mereka dari sana,” ungkap Hidayat dengan penuh meyakinkan.

Ditambahkan, yang namanya datang ke tempat orang, apalagi tanah kampung tersebut pertama kali diinjak, tentu butuh sosialisasi. Bisa saja ada masyarakat yang kontra dengan kedatangan relawan.

Setiap batch tentu berbeda tanggapan masyarakatnya. Dulu ada relawan GSM pernah diusir, sempat ada cekcok antar warga karena kehadiran relawan entah dari mana. Pernah juga relawan datang masyarakatnya tidak terima, diajak berkegiatan tak mau. Ada juga masyarakatnya yang mendukung dengan malah memberikan sumbangan.

Pada bagian lain, Hidayat menerangkan, tentang keberadaan relawan yang tidak mendapatkan manfaat lebih perihal materi atau uang.  GSM sifatnya fasilitator, dan hanya memberikan manfaat pengalaman dan juga sertifikat, kalau finansial tidak ada.

Baca juga: BNN Lantik Siswa Relawan Anti Narkoba

Dia juga mengungkapkan, GSM merupakan komunitas yang berdiri sendiri. Sebab dari awal berdiri hingga kini, GSM mengadopsi ungkapan dari mahasiswa, untuk mahasiswa, kepada masyarakat.

Ia mengaku, sejauh berdirinya GSM Pemko Medan maupun Pemprovsu tidak ada membantu dalam segi materi. Baru-baru ini saja tepat tahun 2022 lalu Pemprovsu mulai memberikan perhatiannya kepada GSM.

“GSM berdiri sendiri dan tidak ada yang membiayai, murni dari mahasiswa yang mendaftar menjadi relawan,” tandas pria alumnus UINSU itu. (deddy/hm16)

 

Related Articles

Latest Articles