Friday, January 31, 2025
logo-mistar
Union
EDUKASI

Kepala SDN 078481 Bagikan Kisah Perjalanan Mengajar di Desa Terisolir

journalist-avatar-top
By
Friday, January 31, 2025 15:07
44
kepala_sdn_078481_bagikan_kisah_perjalanan_mengajar_di_desa_terisolir

Kepala SDN 078481, Warnami Lafau saat memberikan keterangan pada wartawan. (f:susan/mistar)

Indocafe

Medan, MISTAR.ID

Kepala Sekolah Dasar Negeri (SDN) 078481 Uluna'ai Hiligo'o Hilimbarozu, Kecamatan Idanogawo, Kabupaten Nias, Warnami Lafau menceritakan perjuangan menantang yang dihadapi para guru dalam menempuh perjalanan menuju ke sekolah yang terletak di daerah terpencil itu.

Mereka membutuhkan waktu hingga dua jam setengah untuk tiba di sekolah, dengan jarak kurang lebih sekitar delapan kilometer dari pusat desa.

“Dari rumah naik motor kurang lebih 30 menit. Setelah sampai di pusat desanya jalan kaki menyusuri sungai 13 kali, memang satu sungainya tetapi 13 kali dilewati. Kemudian tanjakan, baru sampai di sekolah kami itu,” katanya saat ditemui di Kantor Ombudsman Perwakilan Sumatera Utara (Sumut) Jalan Asrama No 18, Kecamatan Medan Helvetia, Kota Medan, pada Kamis (30/1/25).

Terdapat lima guru yang terdiri dari tiga Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan dua orang Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK) yang mengajar di sekolah tersebut.

Empat di antaranya harus melalui perjalanan panjang itu setiap hari, sedangkan satu guru lainnya memang bermukim di sekitar sekolah.

Pada 14 Januari 2025 lalu, kata Warnami, ada dua guru yang berangkat ke sekolah. Namun setelah menyeberangi sungai sebanyak tiga kali, hujan turun dan air mulai meluap naik.

“Maka mereka menunggu. Nah setelah menunggu, sudah siang. Maka mereka tidak jadi ke sekolah,” ungkapnya.

Sedangkan satu guru yang bermukim di sana, tidak dapat hadir karena sedang mengambil alat ke lokasi lain.

Warnami mengaku bahwa siswa di SDN 078481 sangat antusias dan mau belajar. Para siswa tinggal di sekitar sekolah. Yang paling jauh, hanya sekitar dua kilometer. Sehingga siswa tidak harus melewati sungai untuk tiba di sekolah.

“Hanya kami para guru yang melewati sungai. Siswa mau belajar, cuma letak geografis yang sangat-sangat tidak mendukung,” ujarnya.

Mengabdi selama dua tahun di sekolah tersebut, Warnami berharap agar pemerintah dapat membantu pembangunan mess, air bersih, akses internet dan juga listrik.

“Tenaga gurunya juga kurang, kemudian baiknya karena lokasi kami itu sangat terisolir, padahal yang namanya tunjangan khusus itu tidak pernah kami kebagian,” ungkapnya.

“Kalau misalnya infrastruktur jalan sudah mantap, proses kegiatan belajar mengajar di sana pasti berjalan lancar,” sambungnya lagi.

Bahkan Warnami juga bercerita saat menuju ke sekolah dengan cuaca buruk, ia harus menunggu surutnya air sungai yang naik hingga dua meter.

“Otomatis kami tunggulah. Nggak ada rumah yang harus kita tempati, untuk sementara kita harus menunggu sampai sungainya surut,” tuturnya.

Upaya Pemerintah dalam Pemenuhan Kebutuhan Guru dan Pembangunan Infrastruktur

Kepala Dinas Pendidikan (Kadisdik) Kabupaten Nias, Kharisman Halawa mengungkapkan bahwa ke depan pemerintah daerah akan mengambil kebijakan untuk memastikan pemerataan jumlah guru di setiap sekolah.

“Apalagi tahun ini kita juga sudah ada penerimaan guru PPPK, sehingga keadaan guru di Kabupaten Nias ke depan ini akan bertambah,” ujarnya.

Terkait pembangunan infrastruktur, seperti mess dan jembatan, Kharisman mengatakan akan menunggu keputusan dari pemerintah pusat.

“Lebih cepat mungkin lebih baik, karena daerah juga terbatas dalam menyelenggarakan pembangunan,” ungkapnya.

Selain itu, para guru di SD itu juga diwajibkan untuk bermalam selama pembelajaran. Kharisman menyebutkan, pihaknya juga sudah mencari satu rumah pondok untuk para guru.

“Sambil kita anggarkan nanti bagaimana mess dan pembangunan rumah dinas bagi guru-guru itu,” tutupnya. (susan/hm25)

journalist-avatar-bottomRedaktur Anita

RELATED ARTICLES