7.5 C
New York
Monday, March 18, 2024

Harga Batu Bara Langsung Jeblok Saat China Kirim ‘Sinyal Bahaya’

Jakarta, MISTAR.ID

Harga batu bara kembali Jeblok setelah China menyampaikan perlambatan aktivitas manufakturnya. Pada perdagangan Kamis (1/6/23), harga batu bara kontrak dua bulan atau Juli di pasar ICE Newcastle ditutup di posisi US$ 130,85 per ton. Harganya turun 3,25%

Harga penutupan kemarin adalah yang terendah sejak 7 Juli 2021 atau hampir dua tahun terakhir. Jika dihitung mulai awal tahun maka harga batu bara sudah ambles 66,4%.

Tersungkurnya harga batu bara pada awal Juni semakin memperpanjang derita si pasir hitam sepanjang tahun ini.

Apabila melihat pergerakan bulanannya, harga batu bara tidak pernah naik sepanjang tahun ini.Harga batu bara ambruk 26,95% pada Mei, jeblok 4,07% pada April, Melandai 0,57% pada Maret, ambles 20,5% pada Februari, serta jatuh 37,33% pada Januari 2023.

Harga batu bara terus melemah meskipun permintaan dari China masih relatif tinggi. China adalah konsumen terbesar batu bara di dunia sehingga seharusnya kenaikan di Tiongkok bisa mendongkrak harga.

Sayangnya, Negara Tirai Bambu ini tidak bisa sendirian mengangkat harga batu bara karena permintaan dari banyak kawasan terus melemah, terutama Eropa.

Baca juga : Kebijakan Pembatasan Ekonomi Disebut Rugikan AS dan China  

Fenomena pelemahan ekonomi China juga semakin nyata dan bisa semakin menekan harga batu bara ke depan.

Proyeksi Refinitiv menunjukkan jika impor batu bara China masih tinggi pada bulan lalu. Impor diperkirakan mencapai 34,33 juta ton pada Mei 2023, naik 2,1% dibandingkan April.

Akan tetapi, permintaan dari China bisa lesu ke depan jika aktivitas ekonomi Tiongkok tak juga membaik.

Geliat aktivitas manufaktur China untuk periode Mei ini kembali menyusut lebih cepat dari yang diharapkan. Ini dipicu oleh melemahnya permintaan yang kian menambah tekanan pada pembuat kebijakan untuk menopang pemulihan ekonomi yang tidak merata.

Dari Biro Statistik Nasional (NBS) pada Rabu (31/6/23) melaporkan Indeks manajer pembelian manufaktur (PMI) turun ke level terendah lima bulan di 48,8 tercatat turun dari 49,2 pada April. Angka PMI ini juga mematahkan perkiraan kenaikan menjadi 49,4.

Angka ini benar-benar di luar ekspektasi analis, termasuk produksi dan investasi, meningkatkan kekhawatiran tentang momentum pertumbuhan China.

Sub-indeks PMI yang mencakup produksi, pesanan baru, dan inventaris bahan baku mengalami kontraksi di bulan Mei, mengisyaratkan permintaan yang lebih lemah tidak hanya untuk ekspor tetapi juga investasi modal.

Kendati tetap pada lintasan pertumbuhan, PMI non-manufaktur China turun menjadi 54,5, dari 56,4 di bulan April.

Baca juga : Hebat! Ini 3 Wanita Terkaya di Indonesia yang Menguasai Bisnis Tambang

Selain China, India diharapkan masih bisa menopang harga batu bara. Total impor India pada Mei diperkirakan mencapai 16,61 ton, naik 15,6% dibandingkan April yang tercatat 14,37 ton.(CNBC Indonesia/hm19)

Related Articles

Latest Articles