13.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Populasi Amfibi Menurun, Apa Dampaknya ke Manusia?

Jakarta, MISTAR.ID

Pakar dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengungkap populasi amfibi seperti kodok dan spesies lainnya menurun di seluruh dunia.

Amir Hamidy, Direktur Sekretariat Kewenangan Ilmiah Keanekaragaman Hayati (SKIKH) BRIN, menyatakan bahwa kehilangan populasi amfibi dapat berdampak pada manusia karena amfibi memiliki peran penting dalam mengendalikan populasi serangga, sehingga kepunahan mereka dapat mengakibatkan peningkatan populasi serangga yang berdampak negatif pada kesehatan manusia dan hasil panen pertanian.

Para ahli juga percaya bahwa melindungi dan memulihkan populasi amfibi dapat menjadi solusi untuk mengatasi krisis iklim, karena hewan-hewan tersebut membantu menjaga keseimbangan ekosistem yang penting untuk menjaga lingkungan tetap sehat.

“Perlunya mekanisme evaluasi yang sistematis terhadap risiko kepunahan spesies secara berkala, untuk memberikan informasi terkini yang diperlukan untuk menentukan prioritas perencanaan dan pemantauan tindakan konservasi,” kata Amir, Kamis (28/3/24).

Baca juga: Katak Kutu Dinobatkan Vertebrata Terkecil di Bumi

Amir menjelaskan penyebab utama penurunan populasi amfibi secara global adalah kerusakan habitat yang disebabkan oleh aktivitas pertanian (77 persen spesies terkena dampak), aktivitas pemanenan kayu dan tanaman (53 persen), dan pembangunan infrastruktur (40 persen).

“Sebelum tahun 2004, sekitar 90 persen penurunan populasi amfibi disebabkan oleh penyakit dan kehilangan habitat. Namun, saat ini, perubahan iklim juga menjadi penyebab utama penurunan populasi amfibi,” lanjutnya.

Jumlah amfibi yang terancam punah terus bertambah, dengan 23 jenis pada tahun 1980, 10 jenis pada tahun 2004, dan 4 jenis pada tahun 2022. Totalnya, sebanyak 37 jenis amfibi telah punah selama periode tersebut.

Kepunahan amfibi, seperti Atelopus chiriquiensis dan Taudactylus acutirostris pada tahun 1990, disebabkan oleh penurunan jumlah yang cepat akibat penyakit. Contoh lain adalah jenis Craugastor myllomyllon dan Pseudoeurycea exspectata yang terakhir terlihat pada tahun 1970 dan diduga punah akibat ekspansi pertanian.

Baca juga: Pakar Temukan Katak Spesies Baru

Lebih dari itu, sebanyak 8.011 spesies amfibi telah memperbarui statusnya dalam Daftar Merah International Union fo Conservation of Nature (IUCN). Indeks Daftar Merah IUCN menunjukkan bahwa status amfibi memburuk secara global, terutama pada salamander.

Selain upaya konservasi, para peneliti mengatakan jika manajemen penyakit yang praktis juga perlu dikembangkan untuk menghindari pandemi amfibi global.

“Upaya konservasi keanekaragaman hayati perlu menjadi prioritas untuk memastikan kelangsungan hidup amfibi di masa depan. Meskipun masih ada kekurangan data tentang spesies yang terancam punah, peningkatan pemantauan populasi di seluruh dunia akan membantu dalam mengatasi krisis kepunahan amfibi dan dampaknya terhadap keanekaragaman hayati,” tutupnya. (cnn/hm20)

Related Articles

Latest Articles