13.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Upacara Metatah Dipercaya Bentuk Kepribadian Anak Lebih Baik

Bali, MISTAR.ID

Metatah, juga dikenal sebagai upacara potong gigi di Bali, memiliki akar etimologi dari kata “tatah,” yang artinya pahat dalam bahasa Bali. Upacara ini, sering disebut mepandes atau mesagih, merupakan bagian integral dari ritual keagamaan bagi umat Hindu di Bali.

Pelaksanaan metatah pada usia remaja memiliki tujuan penting karena mengandung ajaran budi pekerti yang esensial bagi remaja. Nilai-nilai yang diajarkan melalui upacara ini membentuk kepribadian anak, menjadi kelanjutan dari nilai-nilai yang diperoleh pada masa bayi dan di dalam kandungan.

Harapannya adalah membentuk sosok anak yang baik dan memiliki kepribadian positif, sehingga sifat keraksasaan dalam diri manusia dapat dikelola dengan baik. Diketahui dari Kompas, Selasa (28/11/23), metatah dilakukan oleh orang tua kepada anak sebelum memasuki jenjang perkawinan.

Metatah diperuntukkan bagi umat Hindu yang memasuki usia remaja, di mana tanda dewasa pada perempuan terkait menstruasi dan pada laki-laki berhubungan dengan suara yang mulai berubah. Ritual ini telah dijalankan sejak zaman dahulu dan terus berkembang, seringkali dilakukan bersamaan dengan upacara Ngaben, pernikahan, atau Ngeresi di Bali.

Baca juga: Adat dalam Kebudayaan Melayu

“Pelaksanaan metatah atau potong gigi biasanya dilakukan pada pagi hari setelah matahari terbit atau pada Subuh sebelum matahari terbit, tergantung pada daerah di Bali,” seperti yang tertulis di lama The Asian Parents.

Sehari sebelumnya, peserta menjalani upacara mekekeb atau mepingit dan dilarang keluar rumah. Ritual dimulai dengan membersihkan diri dan peserta menginjak sesaji di bawah bale, tempat upacara metatah, untuk mendapatkan kekuatan dari Sang Hyang Widi.

“Setelah itu, proses potong gigi dimulai dengan mengikir kedua gigi taring dan empat gigi rahang atas dengan hati-hati,” tambahnya.

Peserta kemudian mencicipi enam rasa yang memiliki makna simbolis, seperti rasa pahit dan asam yang melambangkan ketabahan menghadapi hidup yang keras, rasa pedas sebagai simbol kemarahan, dan rasa sepat sebagai simbol ketaatan pada aturan dan norma-norma. Rasa asin melambangkan kebijaksanaan, dan rasa manis menandakan kehidupan yang bahagia.

Baca juga: Lestarikan Budaya, Pemkab Simalungun Gelar Drama Tari Musikal ‘Turahan’

Setelah potong gigi, peserta berkumur, dan air bekas berkumur ditanam sebagai penghormatan kepada leluhur.

Adapun perlengkapan yang dibutuhkan dalam upacara metatah cukup beragam, termasuk pahat, kikir, batu asahan, kayu dadap, tebu, sirih, madu, kunyit, dan kelapa gading. Tebu digunakan sebagai penyangga rongga mulut untuk memudahkan proses pemotongan gigi, sambil memberikan rasa manis.

Kayu dadap, yang dikenal sebagai kayu dewa, sering digunakan sebagai penopang rongga mulut dalam berbagai upacara di Bali.

Perlu diketahui, peserta upacara potong gigi mengenakan pakaian khusus berwarna kuning dan putih. Metatah, atau upacara potong gigi, memiliki makna yang mendalam dalam kehidupan manusia.

Baca juga: Mahasiswa UINSU Diajak Lahirkan Film Pendek yang Mendidik dan Berbudaya

Artinya melibatkan perubahan perilaku untuk menjadi manusia sejati, mampu mengendalikan diri dari godaan nafsu. Selain itu, upacara ini juga merupakan bagian dari kewajiban orang tua terhadap anak, sebagai usaha untuk menemukan hakikat manusia sejati.

Diharapkan, dengan menjalani metatah, baik orang tua maupun anak dapat bertemu kembali di surga setelah meninggal dunia. (kompas/hm20)

Related Articles

Latest Articles