8.5 C
New York
Thursday, April 18, 2024

Sepajang Oktober, Ribuan Hektar Sawah di Sumut Terendam Banjir

Medan | MISTAR.ID – Intensitas hujan yang cukup tinggi sepanjang Oktober lalu, menyebabkan sejumlah lahan pertanian di Sumut terendam air. Dinas Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara mencatat, sepanjang Oktober tahun ini, sedikitnya 1.576,6 hektar sawah terendam banjir. Dari angka tersebut, 232 hektar diantaranya mengalami puso atau gagal panen.

Kepala Unit Pelaksana Teknis (UPT) Proteksi Tanaman Pangan dan Hortikultura Sumatera Utara (PTPH Sumut), Marino, menyebutkan lokasi sawah itu berada di empat daerah di Sumut, yakni Mandailing Natal, Tapanuli Selatan, Batubara dan Deli Serdang.

Dia merinci, sawah yang terendam banjir di Kabupaten Mandailing Natal yang paling banyak, yakni seluas 1.263,5 hektar. Sementara, tiga kabupaten lain yakni Tapanuli Selatan seluas 43,5 hektar, Batubara seluar 148 hektar dan Deli Serdang seluas 121,5 hektar.

“Sudah 232 hektar sawah mengalami gagal panen. Tersebar di empat kabupaten itu,” ungkapnya, Sabtu (2/11).

Menurut dia, dalam dua bulan terakhir, curah hujan di daerah-daerah tersebut memang cukup tinggi. Beberapa lahan sawah sudah diantisipasi, sehingga tidak sampai gagal panen.

Adapun varietas padi yang ditanam petani bervariasi, ungkapnya, yakni ciherang, inpari 32-39 mekongga. Begitu juga dengan usia tanaman, mulai dari 1 hingga 40 hari. Menurutnya, masih ada beberapa hal yang bisa dilakukan oleh petani pada lahan padi sawahnya terkena banjir.

Ada beberapa hal yang direkomendasikan, yaitu menginstruksikan kepada petugas POPT-PHP agar meningkatkan pengamatan untuk melihat perkembangan dampak bencana alam banjir terhadap pertanaman dan melaporkannya.

Kemudian melakukan pompanisasi dan permbersihan saluran irigasi, serta mengaktifkan posko-posko baik di tingkat kecamatan maupun kabupaten.
Menurutnya, jika tanaman padi sawah mengalami puso, petani padi masih lebih beruntung daripada petani hortikultura seperti cabai dan bawang.

“Bantuan untuk padi sawah itu ada dari Cadangan Benih Daerah (CBD),” katanya.

Terpisah, salah seorang petani di Desa Sidodadi, Kecamatan Beringin, Deliserdang, Rahmad mengatakan, curah hujan memang tinggi sejak Oktober lalu. Namun demikian, sebagian petani masih terbantu dengan adanya alat untuk memompa.

“Kalau banjir ya dilakukan pompanisasi. Itu untuk buang airnya. Kalau tidak parah ya. Mudah-mudahan jangan banjir lah. Sayang kali kalau udah mau panen, tapi harus memulai dari awal karena kebanjiran,” katanya.

Hal serupa diungkapkan petani di Desa Karanganyar, di kecamatan yang sama, Karmin. Menurutnya, selama saluran irigasi terjaga dengan baik, maka banjir bisa dihindari. “Banjir itu kan karena alurannya penuh atau ada sumbatan. Kalau itu beres, tak akan banjir. Untungnya di sini irigasi sudah bagus,” katanya.

Reporter: Daniel Pekuali
Editor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles