9.6 C
New York
Sunday, May 5, 2024

Pembagian Pupuk Subsidi Belum Merata di Simalungun, Harga Pupuk Non Subsidi Fantastis

Simalungun, MISTAR.ID

Penyaluran pupuk bersubsidi di beberapa daerah di Kabupaten Simalungun dibandrol dengan harga yang berbeda-beda di setiap wilayah. Itu pun pembagiannya sering tidak merata, bahkan sering pupuknya tak kelihatan alias langka.

Penelusuran Mistar, pupuk langka terjadi di salah satu nagori di Kecamatan Purba. Padahal diketahui, daerah tersebut merupakan penghasil sayur mayur, seperti kol, tomat, kentang, serta jeruk yang sangat membutuhkan pupuk.

Sejumlah petani sayur yang ditemui Mistar, Jumat (16/6/23) mengatakan, jika mereka jarang mendapat pupuk subsidi dan lebih cenderung membeli pupuk non subsidi.

Baca juga: Pupuk ‘Palsu’ Pemberian Menteri Dilaporkan Petani ke Polres Samosir

Mengingat pupuk sangat diperlukan untuk tanaman kol serta kentang miliknya mereka mengaku tak mungkin bertumpu pada pupuk subsidi. Meskipun mereka merupakan salah satu anggota kelompok tani (Poktan) di nagorinya.

Dikatakan mereka, untuk mendapatkan pupuk urea bersubsidi yang disalurkan melalui kelompok tani, mereka harus membayar Rp170 ribu untuk ukuran 50 Kg. Sedangkan jika membeli dari pasaran, harus membayar Rp300 ribu.

“Terakhir, kami menerima pupuk subsidi dari Poktan sekitar bulan April lalu, dan untuk saat ini pupuk urea non subsidi juga sudah sulit diperoleh,” ujar MS salah seorang petani saat dijumpai langsung di ladangnya.

Baca juga: Mei 2023, Ini Realisasi Penyaluran Pupuk Subsidi di Sumut

Seorang petani lainnya, di daerah yang sama dan juga terdaftar di Poktan, mengaku menerima pupuk subsidi terakhir kalinya sekitar enam bulan yang lalu.

Mereka sangat mengeluhkan sulitnya mendapatkan pupuk subsidi. Padahal menurutnya, keberlangsungan tanaman bergantung pada pupuk jenis urea.

“Pupuk susah, tiba waktu panen harga merosot turun,” tukasnya yang juga memohon untuk tidak ditulis identitasnya.

Baca juga: Dinas TPH Sumut Sebut Ratusan Ton Pupuk Subsisdi di Sergai Bukan Penimbunan

Terpisah, salah seorang pengurus kelompok tani di Kecamatan Panei, JS mengatakan, hingga saat ini penyaluran pupuk subsidi sesuai dengan Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK).

“Tahun ini kita terima terakhir di bulan April lalu, dengan jumlah 7 ton,” tuturnya kepada Mistar di hari yang sama.

Dilanjutkan JS, meskipun sudah disesuaikan dengan RDKK, pembagian pupuk subsidi tetap tidak merata di daerahnya. Menurutnya, hal itu ditengarai jumlah pupuk yang datang tidak sesuai dengan yang diusulkan pada RDKK, sehingga pembagian ke para petani tidak merata.

Baca juga: Tanggapi Isu Pupuk Palsu, Pemkab Samosir Turunkan Supplier Pupuk

“Sistemnya jadi siapa cepat dia dapat,” ujarnya.

Dikatakan JS, meskipun pupuk subsidi yang datang di daerah nya selalu di bawah jumlah yang diusulkan di RDKK, tidak pernah ada warga yang berebutan pupuk.

Hal di atas menurut JS, disebabkan banyak petani yang sudah mengubah lahan sawah ke darat dan menanam tanaman kopi serta jagung di daerahnya, sehingga tidak memerlukan pupuk seperti petani yang masih menanam padi di sawah.

Ditambahkan JS, untuk setiap petani yang mendapat pupuk subsidi dikenakan tarif Rp150 hingga Rp160 ribu untuk jenis pupuk urea ukuran 50 Kg. Sedangkan untuk pupuk non subsidi dengan harga di atas Rp500 ribu untuk jenis dan ukuran yang sama.

Baca juga: Harga Pupuk Mahal, Petani Sawit di Simalungun Mengeluh

Salah seorang pemilik kios pupuk di Kecamatan Panei, Mian Simatupang mengaku, saat ini pengadaan pupuk subsidi lancar di daerahnya dibanding tahun lalu. Menurutnya sepanjang Januari hingga April tahun 2023, pupuk subsidi selalu datang di setiap bulannya.

“Bulan Mei belum masuk, tapi ini sudah mau datang sekalian di bulan Juni,” terangnya kepada Mistar, Jumat (16/6/23) sore.

Disampaikan Mian, untuk jumlah pupuk subsidi yang masuk ke kiosnya berkisar 10-20 ton per bulan. Yang ia terima melalui distributor yang berada di ibukota Kabupaten Simalungun.

Baca juga: Tanaman Rusak, Petani di Samosir Mengeluh karena Memakai Bantuan Pupuk dan Bibit

Dikatakannya, ada 11 Poktan di daerahnya. Dan untuk pembagian kepada seluruh Poktan, selalu dibagi merata sesuai dengan jumlah pupuk subsidi yang masuk.

“Tergantung musim tanam sebenarnya, tapi supaya adil, selalu dibagi rata semua. Walaupun dia (petani) belum membutuhkan pupuk, tetap kita bagi supaya merata,” tuturnya saat dihubungi Mistar.

Ditambahkan Mian, untuk harga pupuk subsidi masih lebih rendah di daerahnya di banding 2 lokasi di atas. Namun ia tidak mengatakan harga pastinya.

Baca juga: Pemeriksaan Terhadap 23 Pengusaha Kios Pengecer Pupuk Subsidi oleh Kejari Dairi Dinilai Janggal

“Kalau Rp150 ribu sudah kemahalan itu, kalau kita di sini di bawah harga itu masih,” tutupnya. (indra/hm21).

Related Articles

Latest Articles