7.3 C
New York
Tuesday, March 26, 2024

Tanaman Rusak, Petani di Samosir Mengeluh karena Memakai Bantuan Pupuk dan Bibit

Samosir, MISTAR.ID

Beberapa petani di Desa Sipitudai, Kecamatan Sianjur Mulamula, Kabupaten Samosir, yang tergabung sebagai anggota Kelompok Tani Marsada dan Kelompok Tani Manjae 2005, mengeluh setelah mendapat bantuan pupuk NPK 16-16-16.

Kelompok tani yang menjadi penerima bantuan karena terdampak banjir bandang di Desa Sipitudai ini, mengaku bahwa pupuk yang mereka peroleh tidak bermanfaat dengan baik, malah merusak tanaman.

Adapun bantuan yang didapatkan Kelompok Tani Marsada Desa Sipitudai berupa pupuk NPK 16-16-16 sebanyak 5 zak ( 1 zak 50 KG) dan Pupuk Organik Cair (POC) sebanyak lima liter. Mereka juga menerima bantuan bibit bawang merah sebanyak satu ton, mulsa satu rol (@450 meter).

Baca Juga:Ketua Kelompok Tani Marsada Desa Sipitudai Keluhkan Bantuan Pupuk dari Kementerian Pertanian

Sebelumnya, Ketua Kelompok Tani Marsada Desa Sipitudai, Parlinggoman Limbong mengaku kesal setelah menerima bantuan. Namun keluhannya itu ditanggapi salah seorang Penyuluh Pertanian Lapangan (PPL) yang mengaku dirinya Boru Nainggolan.

PPL itu mengirimkan pesan via whatsapp kepada ketua kelompok. Dimana isi pesannya menggunakan bahasa Batak.

“Terserah ito ma tu media dia ito (Terserah bapak saja ke media mana bapak) membuat klarifikasi. Ditunggu sampe (sampai) jam 10 oleh ibu Kadis Ketahanan Pangan dan Pertanian da ito (ya pak). Jam 10 pagi sogot ito (besok pak)” demikian pesan PPL Boru Nainggolan, kata Parlinggoman menjelaskan, Sabtu (27/5/2023) di salah satu warkop di Desa Sipitudai.

Pada kesempatan itu, bendahara Kelompok Tani Manjae 2005, H Limbong mengutarakan keluhan yang sama. Menurutnya, pupuk yang mereka terima hanya diwarnai dan pupuk itu digunakan sebagai pupuk kocor cabai.

Baca Juga:Harga Pupuk Mahal, Petani Sawit di Simalungun Mengeluh

“Hasilnya cabai saya rusak. Tidak bisa panen,” ungkapnya dengan menekankan bahwa ia sendiri yang pertama menanam bibit bawang merah bantuan dari kementerian itu.

“Sesuai perjanjian dengan PPL, harus bulan April menanam. Kenapa harus begitu, memang saya tanam bawang ini tanggal 13 Maret 2023,” katanya lagi sembari menunjukkan kondisi bawang yang ditanam.

Dampak dari bantuan itu, H Limbong mengaku merugi dengan angka yang tidak sedikit.

“Apalagi harapan saya kalau sudah begini. Sementara sudah 10 juta modal saya keluarkan. Padahal kita perkirakan jumlah bantuan itu paling nilainya sekitar 2 juta, jadi 8 juta lagi lah saya rugi” katanya mengeluh.

Baca Juga:Dugaan Penyelewengan Pupuk Bersubsidi T.A 2022, Kejari Dairi Periksa 23 Kios Pengecer se-Kecamatan Sumbul

Dia juga menceritakan, dengan 2,5 bulan seyogianya dirinya sudah panen bawang merah. Namun kali ini belum kunjung bisa dilakukan karena mengandalkan bantuan bibit.

“Tapi ini tidak ada umbinya,” katanya seraya mencabut dan menunjukkan bahwa umbi bawang tidak ada.

Sedangkan F Sagala, anggota Kelompok Tani Manjae, Desa Sipitudai, Kecamatan Sianjur Mulamula menjelaskan, pupuk yang dibeli dari kios berbeda dengan bantuan pupuk. Perbedaan diperoleh setelah melarutkan puput ke dalam air.

“Pupuk NPK 16-16-16 yang biasanya dibeli dari kios kalau direndam ke air ada rasa dingin, kalau pupuk bantuan ini saya rendam ke dalam air tidak demikian. Sehingga pupuk bantuan ini tidak saya pakai dan saya simpan saja, takut saya tanaman rusak.” ujarnya.(pangihutan/hm17).

Related Articles

Latest Articles