7.8 C
New York
Friday, April 19, 2024

Isu Flu Babi di Medan dan Deli Serdang, Manson Purba: Penjualan Daging Babi di Siantar Tak Terpengaruh

Pematang Siantar, MISTAR.ID

Kasus kematian massal ternak babi kembali terjadi di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang. Balai Veteriner Medan memastikan, bahwa ternak babi yang mati mendadak tersebut disebabkan oleh wabah flu babi.

Kendati demikian, menjelang Hari Natal tahun ini, tak berpengaruh dalam penjualan daging babi di Kota Pematang Siantar. Beberapa pedagang mengaku, jumlah penjualan daging babi di pasar tradisional saat ini tergolong stabil, meskipun harganya tembus dikisaran Rp90 hingga Rp100 ribu per kilogram (kg).

Salah seorang pedagang daging babi di Pasar Dwikora Kota Pematang Siantar, Manson Purba mengaku, penjualan daging babi miliknya tidak terpengaruh dengan kasus flu babi dan virus demam babi Afrika atau African Swine Fever (ASF) yang terjadi di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, beberapa hari lalu.

“Meskipun harganya sekarang sudah turun, yang sebelumnya harga daging babi sempat Rp120-Rp130 per kg, namun tidak disebabkan isu atau berita tentang matinya babi-babi di daerah tersebut,” ucapnya, Selasa (6/12/22).

Baca Juga:Berhasil Kendalikan Inflasi, Gubsu Diminta Mendagri Jadi Narsum Rapat Pengendalian Inflasi se-Indonesia

Manson menjelaskan, menurunnya harga babi tersebut dikarenakan mulai berkurangnya pembeli dari sebelumnya ramai. Selain itu, munculnya pedagang-pedagang rumahan atau bisa dibilang pedagang musiman.

Seharusnya, lanjut dia, masyarakat lebih waspada terhadap daging babi yang dijual bebas tersebut. Jangan tergiur dengan harga murah. Pasalnya, daging babi yang dijual di pasar tradisional ini umumnya sudah diperiksa saat dilakukan pemotongan di rumah potong Dinas peternakan milik pemerintah.

“Beli daging di tempat yang tidak ditentukan seperti pasar, yang harus dikhawatirkan, bisa saja daging babi tersebut mengandung virus yang berdampak buruk barangkali bagi yang mengkonsumsinya. Terkait kesehatan daging babi punya kami jelas, diperiksa dulu sebelum dipotong. Dan kami pedagang legal, membayar biaya pemeriksaan terhadap daging babi yang akan kami jual kepada konsumen,” jelas Manson yang mengaku setiap hari bisa menjual sekitar 20-30 kg daging babi.

Baca Juga:Harga Daging Babi Melonjak Rp130 Ribu Per Kilo, Pedagang: ‘Lalat Aja Takut’

Selain itu, sambung dia, pemerintah juga seharusnya turun tangan ketika harga babi melambung tinggi. Jangan hanya daging tertentu saja yang diperhatikan seperti daging sapi, kambing atau lainnya.

Pasalnya, permintaan daging babi juga meningkat menjelang Hari Natal, sama seperti hari raya keagamaan lainnya.

“Sehingga, hewan babi yang kami beli dari peternak pun tidak mahal. Jadi, kami minta pemerintah ada andil dalam menstabilkan harga babi. Jadi, kami pun berdagang tenang, konsumen juga tidak merasa berat dengan harga yang terjangkau. Ada juga pengawasan dari pemerintah, agar tidak semuanya atau sembarang tempat menjual daging babi,” pungkas Manson yang bisa menjual daging babi hingga dua kali lipat dari jumlah daging babi yang biasa ia jual setiap hari.

Manson juga mengimbau kepada para pelanggan dan masyarakat Kota Pematang Siantar, jangan takut untuk membeli daging babi. Karena selain harga sudah terjangkau, daging babi yang dijual di pasar merupakan dari hewan babi yang sehat dan tidak terdampak penyakit.

Baca Juga:Harga Daging Babi Tembus Rp100 Ribu Per Kg, Ini Pemicunya

Hal serupa diungkapkan pedagang babi lainnya, Ramli Pardede. Pria yang sudah menjadi pedagang babi sejak tahun 2000 ini mengaku penjualan daging babi miliknya di pasar masih berlangsung normal, walaupun ada isu flu babi dan virus ASF yang terjadi di Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang.

Menurutnya harga jual juga relatif stabil meski saat ini mengalami penurunan.

“Kalau kami tidak khawatir dengan daging babi yang kami jual di pasar. Karena daging babi yang kami jual ini berasal dari peternakan PT Tiga Runggu Kabupaten Simalungun. Terkait kesehatan hewannya, tidak disangsikan lagi. Sebab perusahaan ini sangat menjaga kebersihan dan kesehatan hewan ternaknya. Seperti melakukan pembersihan kandang hewan setiap hari. Selain itu, melakukan penyemprotan disinfektan,” ungkap Ramli.

Maka dari itu, lanjutnya, kwalitas dari daging babi yang kami jual juga tidak disangsikan para konsumen yang membeli dagangannya.

“Kami menjaga kwalitas dari pada daging babi yang kami jual. Bukan banyak lemak, tapi daging yang banyak. Meskipun mahal sedikit, pelanggan kami tidak kecewa dengan hasilnya ataupun dagingnya,” kata Ramli yang menjual daging babi seharga Rp100 ribu per kg.

Baca Juga:Rencana Impor Daging Babi AS Diprotes Ribuan Warga Taiwan

Dia juga tidak menepis, bahwasanya saat ini sedang banyak pedagang yang menjual daging babi dengan harga murah. Namun, Ramli berpesan pada masyarakat agar lebih jeli untuk membeli daging babi yang akan dikonsumsi.

Jangan terpengaruh dengan harganya yang murah mulai Rp60 ribu per kg.

“Selain dari segi kesehatan, kwalitas daging babi itu berkurang. Karena daging babi yang dijual Rp60-80 ribu per kg itu sudah dicampur dengan tulang. Terkadang pembeli tidak tahu, mereka hanya terkecoh dengan harga murah saja,” papar Ramli.

Ramli pun memastikan bahwa daging babi yang dijual di pasar yaitu tempatnya membuka lapak di pasar tradisional Dwikora Pematang Siantar, dipastikan bukan berasal dari lokal ataupun daerah suspek flu babi dan virus ASF.(yetty/hm10)

Related Articles

Latest Articles