6.9 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Sakit Berkelanjutan Pasca Operasi Kelamin, Transgender di Kanada Ini Ajukan Permohonan Euthanasia

Alberta, MISTAR.ID

Seorang wanita transgender di Kanada mengkritik sistem perawatan kesehatan di negara itu karena menolak permohonannya untuk melakukan euthanasia (bunuh diri dengan disuntik secara medis-red).

Saat ini ia mengaku sangat menderita akibat rasa sakit yang teramat sangat pasca operasi pergantian kelamin yang dilakukannya.

Dalam postingan media sosial, Lois Cardinal (35), yang menyebut dirinya sebagai ‘seorang transeksual asli yang steril setelah operasi’, mengaku menyesal atas operasi pergantian kelamin yang dilakukannya.

Ia mengajukan permohonan untuk menjalani suntikan mematikan pada Januari lalu.

Baca Juga: Awal Pertemuan ASEAN LGBT di Jakarta Beredar Melalui Akun yang Sudah Ditutup

Cardinal, yang tinggal di suatu wilayah di dekat St Paul, Alberta, memposting catatan medis permohonannya itu minggu ini untuk menarik perhatian terhadap ideologi gender radikal.

Kasusnya menyoroti risiko dari sistem perawatan kesehatan Kanada yang sangat liberal – salah satu yang paling longgar di dunia baik untuk euthanasia maupun mengakui identitas gender seseorang.

“Saya selalu merasa tidak nyaman dan sakit,” katanya kepada DailyMail.com, Jumat (28/7/2023).

“Ini menjadi beban psikologis bagi saya. Jika saya tidak mendapatkan perawatan medis yang tepat, saya tidak ingin terus melanjutkan ini,” imbuhnya.

Cardinal menjalani vaginoplasti (operasi kelamin) pada 2009 silam, lalu mengalami komplikasi dan ia pun kemudian menyesali prosedur tersebut.

Dia mengaku merasa tertekan, sakit dan tidaknyamanan secara konstan selama bertahun-tahun setelah operasi awal. Prosedur sulit ini melibatkan membalikkan alat kelamin prianya menjadi alat kelamin wanita (neo-vagina).

Pada hari Rabu, Cardinal mengunggah dokumen permohonan resminya berdasarkan hukum bantuan medis untuk kematian di Kanada (MAiD).

Baca Juga: Protes Festival LGBTQ, Demonstran Bentrok dengan Polisi

Dalam dokumen tersebut, dokter Cardinal, yang tidak diidentifikasi, mencatat masalah mendasarnya sebagai ‘sakit/cemas terkait neo-vagina untuk afirmasi gender’.

Dalam dokumen tersebut, dokter tersebut mengatakan telah berkonsultasi dengan ahli medis lain dan merujuk Cardinal ke seorang spesialis, yang pada akhirnya menolak permohonan MAiD-nya.

“Berdasarkan informasi klinis dan konsultasi saat ini, [pasien] tidak memenuhi kriteria MAiD saat ini,” tulis dokter tersebut.

Dokter itu juga menambahkan bahwa Cardinal mengumpulkan dana untuk perawatan korektif di sebuah klinik gender di Montreal. Dia dapat ‘dinilai ulang’ untuk MAiD di masa depan jika ada perubahan dalam status klinis.

“Pasien menyadari bahwa dia dapat menghubungi saya lagi untuk perjalanan pembantuan yang berkelanjutan,” tambah dokter tersebut.

Dokter tersebut mengatakan bahwa Cardinal telah diinformasikan tentang cara-cara yang ada untuk meringankan penderitaannya. (Mtr/hm22)

Related Articles

Latest Articles