13.6 C
New York
Thursday, May 2, 2024

Nekat Jadi Pelaku Begal, Ternyata ini Penyebabnya Kata Psikolog

Medan, MISTAR.ID

Maraknya aksi tindak pencurian dengan kekerasan atau pembegalan juga menjadi perhatian serius dari Psikolog. Psikolog dari Universitas Islam Negeri (UIN) Sumatera Utara (Sumut), Nurhayani membeberkan penyebab seseorang nekat menjadi pelaku begal.

Psikolog Nurhayani mengatakan motif seseorang berani melakukan tindak kejahatan tersebut semata-mata bukan hanya disebabkan kondisi ekonomi, tetapi juga karena adanya masalah psikologisnya yang belum tersembuhkan.

“Faktor ekonomi bukan semata-mata penyebab aksi pembegalan. Faktor tersebut bukan satu-satunya pemicu pembegalan itu makin parah, tapi karena masalah psikologis yang tidak tersembuhkan, sehingga menyebabkan seseorang berperilaku menyimpang,” jelas Nurhayani saat dikonfirmasi Mistar, Rabu (19/7/23).

Dikatakannya, memang ekonomi bisa saja menjadi salah satu faktor, tapi bukan itu faktor utamanya. Ada juga faktor lainnya, kata Nurhayani, seperti pola hidup yang konsumerisme.

Baca juga : Praktisi Hukum: Pernyataan Bobby Nasution Demi Selamatkan Warga dari Aksi Begal

“Selain faktor atau motif ekonomi, motif konsumerisme juga bisa menyebabkan pelaku melakukan pembegalan. Jadi seseorang yang sudah terbiasa pola hidupnya boros, tanpa mau bekerja keras, kemudian dia terkena pergaulan yang salah, ini memang bisa gelap mata melakukan pembegalan,” sebutnya.

Selain itu, Nurhayani menyebutkan kemungkinan penyebab lainnya yang ditinjau dari segi ilmu psikologi, bisa saja disebabkan salah satunya karena seseorang sedang mencari jati diri.

“Pembegalan ini kalau ditinjau dalam ilmu psikologi bisa disebabkan karena seseorang sedang mencari jati diri. Bisa juga karena adanya kelainan atau penyimpangan jiwa/mental, hingga karena adanya dendam yang belum tersembuhkan di dalam dirinya,” bebernya.

Nurhayani menyebut jika aksi tindak kejahatan ini dilakukan oleh para remaja, maka ini dikategorikan masuk sebagai kenakalan remaja yang melampaui batas.

Baca juga : Tanggapi Maraknya Begal di Medan, Pengamat Hukum: Penegakannya Belum Baik

“Pelaku pembegalan ini umumnya dilakukan remaja dianggap sebagai suatu kejahatan yang tentunya melampaui perilaku normal kenakalan remaja. Kenapa? Karena biasanya perilaku menyimpang itu biasanya dilakukan orang dewasa, akan tetapi ini dilakukan oleh remaja,” terangnya.

Nurhayani mengatakan tindak kejahatan jalanan ini tidak menutup kemungkinan juga dilakukan oleh anak di bawah umur. Ini umumnya, sambungnya, karena anak tersebut sedang memasuki masa transisi.

“Selain itu, sering tertangkap juga oleh pihak berwajib pelaku pembegalan itu juga dilakukan oleh anak-anak di bawah umur. Nah, anak-anak di bawah umur yang melakukan tentunya anak-anak yang sudah mau beranjak ke fase dewasa, itulah yang disebut remaja. Dia merupakan fase transisi dari anak-anak menuju dewasa,” ucapnya.

Maka di fase inilah, dijabarkan Nurhayani, seseorang sedang mencari jati diri untuk mengenal lebih jauh tentang dirinya.

Baca juga : Tembak Mati Pelaku Begal Dikritisi Praktisi Hukum, Tetap Harus Lewat Proses Peradilan

“Yang namanya seorang anak berada di tahap transisi ini merupakan fase proses pencarian identitas diri, siapa aku? bagaimana aku dipandang orang? apa yang membuat orang senang kepada aku? aku ini siapa? aku ini bagaimana? dan sebagainya,” paparnya.

Ia mengatakan dalam proses pencarian identitas atau jati diri ini yang sering orang tua kurang memberikan pengawasan terhadap anaknya.

“Nah, dalam proses pencarian identitas diri inilah remaja yang kurang pengawasan orang tua sehingga anak tadi terpengaruh oleh media sosial, seperti menonton film kekerasan atau terpengaruh oleh lingkungan pergaulan yang salah karena tidak adanya pengawasan orang tua ini,” lanjutnya.

Nurhayani menambahkan apabila orang tua mampu mengawasi dan membimbing anaknya yang lagi masa transisi, maka anaknya tersebut tidak akan jatuh kepada pergaulan yang salah.

Baca juga : Penulis Buku Internasional Awam Angkat Bicara Terkait Begal di Medan

“Kalau orang tua yang memang memiliki pengawasan yang ketat, perhatian dan bimbingan yang cukup terhadap seorang anak yang dalam proses transisi ini, dia ditemani, dibimbing, dan diarahkan, dia tentu bisa melihat, bisa diarahkan pada hal-hal yang baik,” imbuhnya.

Di samping itu, Nurhayani menjelaskan penyebab lain yang membuat seseorang tanpa rasa takut melakukan tindak kejahatan pembegalan ialah karena adanya kelainan pada dirinya.

“Kemudian bisa juga karena adanya penyimpangan atau kelainan. Jadi adanya kelainan atau penyimpangan kepribadian si anak, itulah yang menyebabkan ia tega melakukan aksi sadis tanpa merasa kasihan dan sebagainya,” tambahnya.

Diungkapkan Nurhayani, banyak faktor yang menyebabkan seseorang memiliki penyimpangan atau kelainan dalam dirinya.

Baca juga : Seseorang Nekat Jadi Pelaku Begal, Pengamat: 65 Persen karena Faktor Ekonomi

“Dalam ilmu psikologi, perilaku penyimpangan ini banyak faktor penyebabnya. Umumnya karena si pelaku mungkin pada masa lalunya (masa kanak-kanaknya) pernah mengalami tindakan kekerasan, pelecehan, atau penyiksaan,” ungkapnya.

Dikatakannya juga perilaku menyimpang itu juga disebabkan oleh bebasnya seseorang yang lagi masa transisi menonton tontonan yang negatif.

“Kemudian, adanya tontonan yang negatif itu membuat psikologis jiwanya terpengaruh. Remaja itukan yang berada di masa transisi mengalami perubahan dalam hal fisik, emosi, serta pikiran,” ujarnya.

Baca juga : Tangani Begal, Edy Rahmayadi: Diperlukan Kerja Sama Lintas Sektor

Ia menuturkan hal tersebut sudah ada hasil risetnya. Kata Nurhayani, seorang anak yang terbiasa menonton tontonan yang negatif akan mempengaruhi psikis anak tersebut.

“Karena sudah ada hasil penelitian ketika seorang anak menonton perilaku sadis seperti misalnya memukul-mukul boneka, mencopoti tangan (bonekanya) satu per satu, walaupun mungkin kita anggap sepele menonton hal-hal seperti itu, itu akan mempengaruhi kondisi jiwa dan pikiran anak,” pungkasnya. (deddy/hm18)

Related Articles

Latest Articles