Wednesday, March 26, 2025
home_banner_first
INTERNATIONAL

Pesan Rahasia Trump Bocor soal Rencana Memerangi Milisi Houthi

journalist-avatar-top
Selasa, 25 Maret 2025 20.01
pesan_rahasia_trump_bocor_soal_rencana_memerangi_milisi_houthi

Presiden AS, Donald Trump. (f:ist/mistar)

news_banner

Amerika Serikat, MISTAR.ID

Sebuah pesan rahasia yang dikirim oleh Presiden Donald Trump melalui aplikasi Signal dalam grup terenkripsi non-pemerintah telah memicu kekhawatiran serius terkait keamanan nasional Amerika Serikat (AS). Pesan tersebut memuat rencana untuk memerangi milisi Houthi di Yaman, yang dianggap berpotensi mengganggu pelayaran internasional di Laut Merah.

Pesan yang dikirim dalam grup tersebut menjadi sorotan ketika rahasia operasional itu terbocorkan kepada pihak luar. Salah satu wartawan ternyata tergabung dalam grup tersebut, sehingga detail rencana operasional segera tersebar luas di antara jajaran pemerintahan Trump.

Menyusul kebocoran tersebut, pejabat senior pun langsung melakukan tinjauan mendalam atas penggunaan aplikasi Signal, yang dikenal dengan sistem enkripsi kuatnya.

Dalam diskusi internal, sejumlah pejabat mengungkapkan keterkejutan dan ketidakpercayaan atas bocornya informasi yang sangat sensitif. Beberapa di antaranya bahkan berspekulasi bahwa insiden ini bisa memicu pemecatan salah satu rekan kerja yang dianggap lalai dalam menjaga kerahasiaan.

“Melakukan pembicaraan tentang rencana serangan di platform yang tidak terjamin keamanannya berisiko tinggi, terutama jika informasi tersebut dapat diakses oleh pihak asing.” ungkap seorang pejabat keamanan.

Ia juga menambahkan bahwa petugas yang membocorkan informasi tersebut kemungkinan besar akan diberhentikan dan bahkan menghadapi proses hukum.

Menurut laporan dari Atlantic, penasihat keamanan nasional Mike Waltz mengadakan percakapan teks bersama pejabat tinggi AS, termasuk Wakil Presiden JD Vance, Menteri Pertahanan Pete Hegseth, dan Menteri Luar Negeri Marco Rubio pada bulan Maret.

Dalam percakapan itu, dibahas pula serangan terhadap Houthi yang diyakini mengancam keamanan pelayaran internasional. Kejanggalan terjadi ketika Waltz secara tidak sengaja menambahkan Jeffrey Goldberg, pemimpin redaksi Atlantic, ke dalam rantai obrolan tersebut. Diskusi berlanjut hingga rencana serangan dilaksanakan, dan sebelum akhirnya Goldberg meninggalkan grup.

Menteri Pertahanan Pete Hegseth membantah bahwa rincian operasional rencana serangan pernah dikirim melalui pesan teks. “Tidak ada yang mengirim rencana perang lewat SMS dan hanya itu yang bisa saya katakan,” tegas Hegseth ketika dimintai klarifikasi terkait kebocoran informasi kepada Goldberg.

Bantahan tersebut mencoba meredam spekulasi yang berkembang di kalangan pejabat mengenai kelalaian dalam penggunaan aplikasi komunikasi yang tidak sepenuhnya aman untuk pembahasan strategis militer.

Signal telah lama menjadi aplikasi pesan terenkripsi yang populer, tidak hanya di kalangan jurnalis, namun juga di antara pejabat pemerintah. Bahkan pemerintahan Joe Biden diketahui menggunakan aplikasi ini untuk rapat, perencanaan logistik, dan komunikasi dengan mitra asing. Namun, militer AS membatasi penggunaannya terutama untuk pembahasan operasi militer karena potensi risikonya terhadap keselamatan anggota angkatan bersenjata.

Insiden kebocoran pesan rahasia ini menyoroti kembali pentingnya keamanan dalam komunikasi digital, terutama ketika berkaitan dengan rencana operasi militer dan strategi nasional. Para pejabat kini semakin waspada terhadap penggunaan aplikasi yang dianggap tidak sepenuhnya aman, guna menghindari potensi risiko yang dapat mengancam stabilitas dan keamanan nasional Amerika Serikat. (mtr/hm17)

REPORTER:

RELATED ARTICLES