Jakarta, MISTAR.ID
Harga emas dunia bertahan stabil pada hari Kamis (Jumat waktu Jakarta), didorong oleh permintaan sebagai aset safe haven akibat meningkatnya ketegangan di Timur Tengah. Hal ini berhasil mengimbangi tekanan dari penguatan dolar Amerika Serikat (AS) setelah investor meredakan ekspektasi penurunan suku bunga besar dari Federal Reserve (The Fed).
Dikutip dari CNBC, Jumat (4/10/24), harga emas di pasar spot stabil di level USD 2.657,89 per ons setelah mencapai rekor tertinggi USD 2.685,42 minggu lalu. Sementara itu, harga emas berjangka AS ditutup 0,4% lebih tinggi, mencapai USD 2.679,20.
Peter A Grant, Wakil Presiden dan Ahli Strategi Logam Senior di Zaner Metals, menyatakan bahwa ketegangan geopolitik dan pergeseran ekspektasi kebijakan moneter menciptakan keseimbangan yang rumit di pasar.
Ketegangan meningkat setelah militer Israel meminta lebih dari 20 kota di Lebanon Selatan untuk segera mengungsi akibat serangan yang berkepanjangan, menciptakan ketidakpastian di kawasan tersebut. Dalam situasi seperti ini, emas batangan menjadi pilihan investasi yang aman, terutama dalam lingkungan suku bunga rendah.
Presiden Richmond Fed, Thomas Barkin, menyebutkan bahwa usaha bank sentral AS untuk mengembalikan inflasi ke target 2% mungkin memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan. Hal ini berpotensi membatasi ruang bagi pemotongan suku bunga.
Baca Juga : Rekor Baru, Harga Emas Antam Tembus Rp1.469.000 per Gram
Pedagang kini mengurangi ekspektasi untuk penurunan suku bunga sebesar 50 basis poin pada bulan November menjadi 33%, turun dari 49% minggu lalu. Fokus pasar saat ini tertuju pada laporan penggajian nonpertanian yang akan dirilis hari ini.
David Meger, Direktur Perdagangan Logam di High Ridge Futures, mengingatkan bahwa jika ada indikasi kemungkinan kenaikan suku bunga, ini bisa berdampak positif bagi harga emas.
Selain emas, harga perak spot naik 0,8% menjadi USD 32,10, sedangkan harga platinum dan paladium masing-masing turun 0,9% dan 1,8%, menjadi USD 993,14 dan USD 997,29. Sebelumnya, harga emas sempat turun tipis pada perdagangan Rabu setelah reli lebih dari 1% pada hari Selasa, menyusul serangan rudal Iran ke Israel.
Sentimen penguatan dolar AS sebagai mata uang safe haven telah membatasi pergerakan harga emas, membuat emas yang dihargai dalam dolar AS lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
Bob Haberkorn, analis senior di RJO Futures, mencatat bahwa meskipun ada aksi jual karena dolar yang lebih kuat, banyak ketidakpastian di pasar membuat penjualan emas tidak begitu menguntungkan saat ini.
“Sangat wajar jika harga emas bisa naik di atas USD 2.700 per ons, terutama jika situasi di Timur Tengah semakin memanas,” tambahnya. (mtr/hm24)