Masjid di Asahan dengan Sentuhan Arsitektur Taj Mahal Rasa Melayu


Masjid Agung Achmad Bakrie di Kisaran Kabupaten Asahan. (f:perdana/mistar)
Asahan, MISTAR.ID
Kabupaten Asahan, Sumatera Utara, memiliki sebuah bangunan megah yang menjadi ikon religius sekaligus kebanggaan masyarakat setempat.
Bangunan itu adalah bangunan Masjid Agung Achmad Bakrie di Jalan Ahmad Yani, Kisaran Barat, sekilas mengingatkan pada keindahan Taj Mahal di India.
Dengan perpaduan arsitektur khas Melayu, masjid itu terasa menghadirkan nuansa religius yang kental dan keindahan yang memikat.
Dilansir dari website asahankab.go.id, Senin (3/3/2025), gagasan pembangunan Masjid Agung Achmad Bakrie dicetuskan Bupati Asahan kala itu, almarhum Taufan Gama Simatupang, pada tahun 2006.
Saat itu, Taufan menginginkan sebuah masjid megah di sisi selatan kawasan kota, sementara di bagian utara terdapat hutan kota dan alun-alun yang berdiri di atas lahan Hak Guna Usaha (HGU) milik PT Bakrie Sumatera Plantations (BSP).
Jadilah peletakan batu pertama dilakukan pada 19 Mei 2011 di atas lahan seluas 10 hektar.
Mulanya, pembangunan masjid ini menelan biaya lebih dari Rp 68 miliar, yang didanai dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten Asahan selama empat tahun.
Resmi Digunakan 5 Agustus 2015
Setelah proses panjang, masjid ini resmi digunakan pada 5 Agustus 2015, ditandai dengan salat Zuhur berjamaah saat Kabupaten Asahan jadi tuan rumah Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) tingkat Sumatera Utara.
Masjid ini memiliki desain yang unik dengan kapasitas daya tampung mencapai 6.000 jemaah.
Gaya arsitekturnya yang sekilas menyerupai Taj Mahal dilengkapi dengan sentuhan khas Melayu, yang tampak pada warna dominan putih serta kuning keemasan.
Warna-warna ini melambangkan kesucian dan kejayaan, mencerminkan harapan bahwa masjid bukan hanya sebagai tempat ibadah, tetapi juga pusat pendidikan dan kesejahteraan umat.
Bangunan masjid berbentuk segi empat dengan atap bertingkat. Kubah besar di bagian tengah dihiasi cincin kuning keemasan, sementara di setiap sudut terdapat empat menara tinggi dengan warna serupa.
Beberapa kubah kecil juga menghiasi beranda masjid, menambah kesan megah dan anggun.
Di bagian dalam, masjid ini mengusung konsep minimalis agar memberikan kesan luas dan nyaman bagi jemaah.
Lantai pertama digunakan sebagai tempat wudhu dan kantor pengurus masjid, sedangkan lantai dua dan tiga merupakan ruang utama untuk salat.
Area khusus bagi jemaah wanita disediakan di bagian belakang dengan sekat kain hijau sebagai pembatas.
Masjid Agung Achmad Bakrie bukan hanya difungsikan sebagai tempat ibadah, tetapi juga menjadi pusat edukasi keislaman bagi masyarakat.
Berbagai fasilitas seperti miniatur Ka’bah, perpustakaan Islam, rumah tahfiz, serta kantor organisasi keislaman turut melengkapi kompleks masjid.
Selain itu, kawasan sekitar masjid juga dilengkapi taman kota dan alun-alun, menciptakan suasana yang nyaman dan asri.
Kemegahan masjid ini semakin terasa dengan keberadaan air mancur di sisi barat dan utara, yang semakin mempercantik pemandangan dan menambah ketenangan bagi para pengunjung.
Simbol Religiusitas Masyarakat Asahan
Ornamen Melayu semakin terasa dengan desain jendela besar ala rumah panggung serta tangga luas yang menyerupai bangunan tradisional Melayu.
Keberadaan Masjid Agung Achmad Bakrie kini menjadi simbol religiusitas masyarakat Kabupaten Asahan.
Dengan desain yang indah dan fasilitas yang lengkap, masjid ini bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tetapi juga sebagai pusat kegiatan keagamaan, sosial, dan edukasi Islam.
Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk bersama-sama menjaga dan merawat masjid ini agar tetap menjadi kebanggaan hingga generasi mendatang.
Lokasinya yang sangat strategis di jalur lintas timur Jalan Lintas Sumatera membuat lokasi ini bukan hanya sebagai tempat ibadah melainkan tempat peristirahatan masyarakat sekitar yang melakukan perjalanan.
Seperti halnya Bayu Saputra, warga asal Bangkinang Provinsi Riau yang akan melakukan perjalanan ke Kota Medan dan singgah ke Masjid Agung Achmad Bakrie ini.
“Setiap kali lewat sini pasti singgah. Setelah salat bisa istirahat di teras masjid yang luas. Kesannya di sini sangat nyaman untuk ibadah maupun istirahat,” ujarnya. (perdana/hm27)