4.9 C
New York
Monday, April 22, 2024

Nasib Nasabah SVB Tak Jelas, Rp2.712 T Terancam Hilang

Jakarta, MISTAR.ID

Bank spesialis pemberi pinjaman startup, Silicon Valley Bank (SVB) kolaps pada Jumat (10/3/23). Deposito senilai US175,4 miliar atau setara Rp2.712 triliun milik nasabah dikhawatirkan akan.

Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC), selaku pihak yang telah ditunjuk sebagai penerima disposisi aset SVB menjelaskan nasabah yang terasuransi bakal mendapat akses ke simpanan.

SVB merupakan bank yang berspesialisasi dalam pembiayaan startup. SVB telah menjadi bank AS terbesar ke-16 berdasarkan aset. Pada akhir 2022, SVB punya aset US$209 miliar dan deposito sekitar US$175,4 miliar.

Baca juga:Topang Bisnis, Bos Evergrande Jual Aset Pribadi Rp15,6 T

Namun demikian menurut FDIC, 89 persen simpanan di Silicon Valley Bank senilai US$175,4 miliar tidak diasuransikan pada akhir 2022. Nasib dana ini akan ditentukan kemudian.

SVB mengalami kolaps terjadi begitu tiba-tiba, Menteri Keuangan Janet Yallen mengadakan pertemuan darurat dengan regulator perbankan AS. Ia berharap regulator perbankan bisa mengambil tindakan strategis agar sistem perbankan tetap berjalan.

Baca juga:Kuatkan Konsumsi Cegah Resesi

“Sekretaris Yellen menyatakan kepercayaan penuh pada regulator perbankan untuk mengambil tindakan yang tepat sebagai tanggapan dan mencatat bahwa sistem perbankan tetap tangguh dan regulator memiliki alat yang efektif untuk mengatasi peristiwa semacam ini,” kata pernyataan Departemen Keuangan seperti dikutip dari AFP, Sabtu (11/3/23).

Runtuhnya SVB memicu kepanikan di antara perusahaan modal ventura utama yang dilaporkan menyarankan perusahaan untuk menarik uang mereka dari bank.

Buntut dari kolapsnya SVB, regulator California akhirnya memutuskan untuk menutup pemberi pinjaman startup tersebut. Untuk menopang neraca, SVB berencana menjual US$2,25 miliar saham baru.

“Kondisi SVB memburuk begitu cepat sehingga tidak bisa bertahan hanya lima jam lagi. Itu karena deposan menarik uang mereka begitu cepat sehingga bank bangkrut, dan penutupan intraday tidak dapat dihindari karena bank run klasik,” tulis CEO Better Markets Dennis M. Kelleher seperti dikutip dari CNN.com, Sabtu (11/3/23).

Kolapsnya SVB salah satunya terjadi akibat kenaikan suku bunga agresif Federal Reserve selama setahun terakhir. SVB juga menjadi bank terbesar yang ambruk sejak krisis finansial 2008.

Baca juga:OJK Terbitkan Dua Aturan Baru di Perbankan dan Industri Asuransi

Ada banyak penyebab bank ini mengalami kegagalan, tetapi diduga kuat salah satunya terdampak badai kenaikan suku bunga agresif dari Bank Sentral AS (Fed) belakangan ini yang merusak kondisi keuangan para startup.

Kegagalan SVB adalah yang terbesar usai Washington Mutual bangkrut pada 2008. Saat itu peristiwa kebangkrutan ini memicu krisis keuangan yang melumpuhkan perekonomian selama bertahun-tahun.

Sejak saat itu regulator di AS memberlakukan syarat modal lebih ketat buat bank-bank untuk memastikan keruntuhan bank tidak akan merugikan sistem keuangan dan perekonomian lebih luas. (cnn/hm06)

Related Articles

Latest Articles