13.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Siantar KLB DBD, 7 Warga Meninggal

Pematangsiantar, MISTAR.ID

Kasus penyebaran penyakit demam berdarah dengue (DBD) di Kota Pematangsiantar semakin meluas. DBD sudah dinyatakan kejadian luar biasa (KLB), di mana seluruh kecamatan dinyatakan zona merah, Kamis (14/7/22).

Status KLB DBD di Kota Pematangsiantar dengan titik penyebaran meliputi delapan kecamatan. Sudah enam minggu sejak dinyatakan KLB, telah dilakukan kegiatan penanganan namun tidak menunjukkan penurunan kasus yang signifikan.

Domen Silalahi selaku epidemiologi ahli muda pada Dinas Kesehatan Kota Pematangsiantar mengatakan, penyakit DBD yang kini dinyatakan KLB dipengaruhi oleh peralihan cuaca. Di mana kadang turun hujan dan panas, sehingga nyamuk Aedes Aegypti berkembang biak.

Baca Juga:Antisipasi DBD, Dinkes Siantar Fogging Kompleks Asrama Mahoni Siantar

“Sepertinya begitu, karena terkadang hujan dan terkadang panas. Jadi ada air yang menggenang di saat musim hujan dan nyamuk bertelur, di musim panas telur nyamuk itu menetas,” ungkap Domen ketika diwawancarai di ruangan kerjanya, Kamis (14/7/22) siang.

Maka dari itu, Domen menyarankan warga agar melakukan pemusnahan sarang nyamuk (PSN), sehingga kasus tambahan dan berulang tidak lagi didapat di tempat yang sama. Bahkan, pihaknya juga sudah melakukan penyelidikan epidemiologi ke delapan kecamatan di Pematangsiantar dengan survei jentik nyamuk oleh pihak puskesmas.

Di Kota Pematangsiantar sendiri, sejak bulan Januari hingga Juli 2022 saat ini terdapat 317 kasus DBD. Sementara angka kematian sebanyak 7 orang selama tahun 2022 ini.

Baca Juga:Antisipasi Lonjakan Covid dan DBD, Dinkes Siantar Kerahkan Nakes Puskesmas ke Lapangan

“Rincian kasus per bulan itu, Januari 47 kasus, Februari 24 kasus, Maret 39 kasus, April 28 kasus, Mei 81 kasus, Juni 82 kasus dan Juli sampai saat ini terdapat 16 kasus. Untuk data per kecamatan itu, Kecamatan Siantar Martoba paling tinggi kasus DBD. Usia yang meninggal karena DBD yakni, 8 tahun, 35, 41, 54, 57, 60 dan 64 tahun,” ungkap Demon.

Disampaikan Demon, untuk penanganan kasus DBD, Dinas Kesehatan Pematangsiantar bekerja sama dengan Dinkes Sumut. Dinkes Sumut menyatakan, setelah pengujian laboratorium terdapat empat varian virus. Biasanya kondisi ini jarang terjadi dan di suatu wilayah, hanya terdapat 1, 2, dan 3 varian. Ini terdapat 4 varian dan hal ini jarang terdapat.

“Tadi kita juga bersama Dinkes Sumut melakukan kunjungan ke Puskesmas Rami untuk melakukan edukasi dan implementasi pencegahan dan pengendalian terkait demam berdarah. Karena di Kecamatan Siantar Martoba tinggi maka kita lakukan hal itu,” ujarnya lagi.

Baca Juga:DBD Menyerang, Siantar Barat Gelar Fogging di Kelurahan Dwikora

Sementara itu, Lasmaria Siahaan selaku pengelola DBD pada Dinas Kesehatan Pematangsiantar mengatakan, pihaknya sudah melakukan promosi kesehatan seperti memasang poster dan selebaran spanduk, orasi imbauan kepada masyarakat Kota Pematangsiantar.

“Jika terdapat masyarakat yang tidak turun demamnya sampai 2 dan 3 hari, disarankan agar melapor ke Puskesmas. Dan pihak Puskesmas yang akan melakukan pengobatan dan juga akan mengecek lingkungan sekitar,” ujarnya.

Dikatakannya, umumnya nyamuk penyebab DBD lebih aktif pada jam-jam tertentu seperti pagi hari antara pukul 6 hingga 9, dan sore sejak jam 5 hingga 6.

Baca Juga:Studi Baru Kendalikan Populasi Nyamuk Penyebab Demam Berdarah

Sejauh ini, katanya lagi, langkah-langkah yang dilakukan setelah penetapan KLB yakni, PSN dengan 3M (Membersihkan, Menutup dan Menyingkirkan) lalu rajin menguras bak dan tempat-tempat yang dapat menampung air.

“Pada umumnya nyamuk DBD ini, nyamuk rumahan. Nyamuk ini sendiri tidak mau bertelur di air yang kotor. Nyamuk ini bertelur di air tergenang dan bersih. Untuk seluruh kecamatan sudah dilakukan fogging,” pungkasnya. (hamzah/hm14)

Related Articles

Latest Articles