14.3 C
New York
Tuesday, April 30, 2024

Menjual Pariwisata Toba Butuh Dukungan Filosofi Culture Gorga Batak

Toba, MISTAR.ID

Masyarakat Batak khususnya di Kabupaten Toba, Provinsi Sumatra Utara dikenal dengan kekayaan filosofi atau falsafah yang mengajarkan nilai-nilai luhur, akal budi, penalaran dan bahasa yang khas yang dituangkan di dalam bentuk tulisan maupun ukiran (gorga Batak), sehingga masyarakatnya memiliki tatanan kehidupan yang terstruktur dalam norma kehidupan yang saling menghargai satu dengan yang lainnya membentuk keseimbangan dalam menjalankan hidup.

Gorga merupakan suatu karya seni ukiran yang memiliki arti sangat dalam, yang dibuat di dinding rumah adat Batak membutuhkan pengkajian dan pendekatan secara semiotika untuk mempelajari arti dari tanda-tanda yang diukir di dinding bagian luar eksterior rumah adat maupun rumah bagi masyarakat Batak.

Ada beberapa jenis gorga yang disematkan di dinding seperti, gorga simataniari, desa na ualu, sompi, ipon-ipon, singa-singa, boras pati (cecak), adop-adop, simeol-meol, gorga hoda-hoda, hariara sudung di langit dan gorga ulu paung, serta masih banyak gorga lainnya yang memiliki arti untuk menggambarkan si pemilik rumah.

Kekayaan culture (budaya) Batak khususnya gorga Batak, diamini oleh Kabid Pemasaran, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar) Toba, Welman Sibarani, Selasa (5/12/23). Menurutnya, daya jual budaya sangat mendukung untuk memasarkan pariwisata alam yang memang sudah memiliki keindahan seperti Danau Toba dengan kekayaan hayati dan geologinya.

“Pariwisata bukan hanya memasarkan alam yang sudah terbentuk dan menyajikan keindahan. Falsafah yang dimiliki oleh masyarakatnya juga seharusnya dipromosikan sehingga nilai menambah daya jual untuk meningkatkan kunjungan wisata lokal dan mancanegara,” ujar Welman.

Baca Juga : Pemkab Toba Gelar Sosialisasi Cipta Kondisi Pencegahan Konflik Pemilu

Dikatakannya, upaya menentukan beberapa titik desa wisata sudah dilakukan Disbudpar untuk menarik kunjungan wisata khususnya mancanegara seperti Desa Meat dengan kearifan ulosnya, selanjutnya untuk rumah adat dengan gorganya demikian juga Storytellingnya, akan dilakukan pengkajian lebih mendalam.

“Orang tua terdahulu sudah mengetahui kepribadian dan sifat si pemilik rumah dari gorga yang dibubuhkan di dinding rumahnya, sebab lukisan gorga tidak sembarangan dibuat, harus selaras dengan watak, sifat dan pribadinya,” paparnya.

Menurutnya, pihaknya masih butuh waktu untuk merumuskan menjadi satu persepsi sehingga tidak menimbulkan pengertian atau penafsiran yang bias atau berbeda satu dengan lainnya. Karena, sampai saat ini belum ada satu rumusan yang dituangkan dalam satu kesatuan, masih memiliki perbedaan pemahaman antara satu daerah dengan daerah lain.

“Penting untuk mengundang seluruh budayawan yang tersebar di kabupaten ini untuk menghasilkan kesimpulan yang dituangkan dalam satu buku sehingga menjadi acuan setiap pemandu untuk dipaparkan kepada wisatawan,” imbuh Welman.

Related Articles

Latest Articles