17.5 C
New York
Monday, April 29, 2024

Geng Motor, Kerap Jadi Organisasi Berkedok Premanisme

Medan, MISTAR.ID

Akademisi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Sahran Saputra menyoroti organisasi anak muda di Kota Medan dengan label geng motor. Menurutnya, organisasi seperti ini kerap menjadi kelompok premanisme.

Ia mengatakan, secara manusiawi memiliki hasrat untuk berintegrasi dengan individu lainnya, hingga membentuk kelompok dengan identitas sosial tertentu. Tiap kelompok kerap menganggap in-groupnya lebih baik dan ingin lebih unggul dari out-groupnya.

“Hal ini diperparah dengan masuknya paham premanisme berkedok organisasi kepemudaan yang merekrut dan melibatkan mahasiswa dan pelajar dalam kluster organisasinya,” ungkapnya, Selasa (5/12/23) sembari menekankan kondisi ini sebenarnya terjadi di sejumlah kota bahkan daerah tertentu.

Baca juga: Tolak Gabung Jadi Anggota Geng Motor, Siswa MAN 1 Medan Dianiaya

Dalam struktur masyarakat selalu ada kelompok yang mendominasi serta kelas yang menjadi objek dominasi. Dominasi ini terkait dengan cara sumber daya (modal/kapital) dimanfaatkan dan strategi penempatan kapital oleh para pelaku.

“Terkait fenomena bullying di sekolah, budaya yang umumnya berkembang cenderung berasal dari kelompok dominan. Upaya untuk membedakan diri dari kelas lain menjadi bagian dari strategi kekuasaan,” katanya.

Menurutnya, tindakan kekerasan yang dilakukan pelajar bertujuan untuk memperoleh modal sosial atau pertemanan, modal kultural (nilai keberanian dan agresivitas) yang terbentuk serta modal simbolis yang menggambarkan identitas.

Baca juga: Warga Lubuk Pakam Amankan Dua Remaja Geng Motor

“Tujuannya adalah untuk memperkuat eksistensi mereka dan mendapatkan legitimasi sebagai pelajar yang dihormati di kalangan teman sebaya. Dalam konteks bullying di sekolah, para pelaku membentuk identitas untuk menunjukkan perbedaan kekuasaan dalam hubungan sosial mereka,” lanjutnya.

Ia berharap hasrat ingin lebih mendominasi sebaiknya dibarengi dengan iklim positif yang harus diakomodir oleh keluarga dan sekolah, dengan menstimulasi semangat kompetisi dalam prestasi, baik penalaran akademik, maupun minat dan bakat.

“Dengan begitu struktur inti dalam perkembangan anak mampu mengakomodir secara positif perkembangan emosional anak yang memang dalam fase pencarian jati diri,” akhirinya. (Dinda/hm17)

Related Articles

Latest Articles