17.6 C
New York
Monday, August 12, 2024

Pengamat: Suksesor Airlangga Adalah Tokoh Sakral di Kancah Politik Nasional

Medan, MISTAR.ID

Pasca pengunduran diri Ketua Umum (Ketum) Partai Golkar Airlangga Hartarto dari jabatannya, ramai diperbincangkan siapa figur yang cocok sebagai calon penggantinya.

Pengamat politik dan kebijakan publik, Boy Anugerah berpendapat, ada kemungkinan penggantinya bisa berasal dari luar kader.

“Ketum baru Golkar sebenarnya sangat memungkinkan berasal dari luar kader. Golkar adalah partai yang sangat terbuka dan memegang prinsip kekaryaan,” katanya saat dihubungi Mistar, Senin (12/8/24).

Menurutnya, jika ada calon potensial yang bisa mendudukkan Golkar pada posisi yang lebih strategis dan kuat, tentu sangat mungkin.

Baca juga: Airlangga Mundur dari Ketum Golkar, Yunarto: Ada Intervensi Kekuatan Besar

“Ada baiknya kita cermati dinamika pasca mundurnya Airlangga, apakah akan digelar Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) atau tidak. Jika benar, ada kemungkinan untuk mengubah AD/ART partai. Yang pasti dalam waktu dekat mereka akan rapat pleno untuk penentuan pelaksana tugas (Plt) Ketum,” sebutnya.

Di sisi lain, ada banyak nama yang dinominasikan menjadi Ketum. Ada Agus Gumiwang, Bambang Soesatyo, juga Bahlil Lahadalia.

“Hemat saya tidak semudah itu. Saya pikir ada kejutan besar. Pengunduran diri Airlangga ini merupakan isu politik yang besar. Beliau ini teknokrat dengan banyak prestasi,” lanjut Boy.

Alumnus Magister Ketahanan Nasional Universitas Indonesia (UI) ini juga menjelaskan, sebagai Ketum, pencapaian Airlangga juga luar biasa selama dua Pemilu terakhir.

Baca juga: Airlangga Mundur dari Ketum Golkar, Pengamat: Ada Skenario Politik Besar

“Ada grand design besar yang membuat ia mundur. Saya pikir yang jadi Ketum adalah nama-nama di luar prediksi, nama yang sakral dalam kancah politik nasional,” jelasnya.

Dikatakan Boy, perihal terkait kasus hukum dan jadi bargain pihak lain untuk menekan sangat memungkinkan.

“Kita tahu beliau sempat tersandung isu. Politik hari ini sangat kotor. Makanya penting bagi pejabat publik untuk bersih, sehingga tidak jadi sasaran tembak pihak lain,” tambahnya.

Kemudian Boy berpandangan, saat terpilihnya Ketum baru nanti akan menjadi pungkasan serial politik yang sudah dimulai sejak beberapa tahun terakhir. Isu 2 periode, perpanjangan masa jabatan presiden, majunya Gibran di Pilpres, dan dipungkasi dengan dinamika peralihan pimpinan di Golkar.

“Politik itu bukan sekedar seni, tapi juga ilmu. Sebagai ilmu, fenomena empiriknya bisa kita prediksi,” pungkasnya. (maulana/hm25)

 

 

Related Articles

Latest Articles