15.9 C
New York
Monday, September 9, 2024

Balada Aulia Rachman, Keluar dari Gerindra dan Gagal Maju Pilkada, Pengamat: Ada Invisible Hand

Medan, MISTAR.ID

Wakil Wali Kota Medan Aulia Rachman dipastikan gagal untuk maju dan berlayar di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) 2024.

Tiga partai yang sebelumnya mendukung, yaitu Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Demokrat, dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) di last minute berubah haluan.

Diketahui beberapa waktu lalu Aulia bertemu dengan bakal calon (balon) Wali Kota Medan, Rico Waas di Warkop Incek Budi (WiB). Pada kesempatan itu Aulia menyatakan dukungannya kepada Rico.

Baca juga:Aulia Rachman Gagal Maju Pilkada Medan, Pengamat: Cermin Premanisme Parpol

Walau kemudian akhirnya Aulia membantah, dukungan tersebut menurutnya bukan sikap atau arah politik. Tetapi dukungan karena Rico mempunyai kesamaan program dengan pemerintahan saat ini.

Namun, publik sudah berspekulasi jauh. Banyak yang menilai dukungan Aulia itu karena tekanan ataupun keterpaksaan. Sebab ia sudah kadung masuk ke PSI, partai yang katanya identik dengan anak muda itu telah bergabung dalam koalisi Rico-Zaki.

Pengamat politik dan kebijakan publik, Marlan Hutahaean berpendapat bahwa dalam dunia politik, invisible hand itu ada.

“Invisible hand itu ada, saya yakin. Pertama, mengapa Aulia keluar dari Gerindra padahal dia salah satu tokoh yang cukup berpengaruh di Kota Medan. Elektabilitasnya juga bagus,” ujarnya, pada Senin (9/9/24).

Baca juga:Aulia Rachman Tak Perlu Lampirkan Surat Cuti Saat Mendaftar ke KPU

Menurutnya, apalagi setelah Bobby Nasution tidak mencalonkan lagi pada Pilkada Medan, Aulia punya potensi sangat besar sebagai penerus. Tapi kemudian Gerindra justru mendeklarasikan pasangan calon (paslon) Rico Waas dan Zakiyuddin.

“Oleh karena itu, dia (Aulia) karena merasa elektabilitasnya tinggi sehingga memilih keluar dari Gerindra dan gabung ke PSI. Tentu waktu itu niatnya karena PSI sudah memberikan harapan dengan 4 kursi kemudian, ditambah dengan PKS untuk wakilnya, sudah cukup untuk berlayar di Pilkada Medan. Karena pada saat itu asumsinya belum ada putusan Mahkamah Konstitusi (MK),” terangnya.

Guru Besar Universitas HKBP Nommensen (UHN) ini juga menilai, bahwa PSI tidak bisa mengusung sendiri (sebelum putusan MK), maka secara kepartaian balik ke Koalisi Indonesia Maju (KIM) plus karena ada Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dan NasDem juga di sana.

“Nah sekarang posisi Aulia di mana? Kan gantung ini. Dia sudah terlanjur masuk PSI. Oleh karena itu bisa saja tidak ada pilihan lain, dari pada gantung. Kalau dia bertahan di PSI harus tunduk pada perintah partai, bahwa harus mendukung Rico-Zaki walaupun barang kali bukan dari hatinya,” jelasnya.

Baca juga:Tak Diusung di Pilkada Kota Medan, Aulia Rachman Segara Keluar dari Gerindra

Hanya Marlan yakin, publik juga pasti tahu, dalam hal ini pendukung Aulia belum tentu seturut dengannya. Misalnya nanti Aulia ikut mengkampanyekan Rico-Zaki, tak serta merta pendukungnya pun ikut.

“Pendukungnya bisa ke PKS atau ke Ridha, tergantung kedekatan-kedekatan personel, jadinya begitu. Saya pikir itu yang menyebabkan Aulia terpaksa atau dipaksa untuk mendukung. Karena tidak ada pilihan lain, no choice. Kecuali dia keluar dari PSI. Nah, apakah Aulia berani?” tambahnya.

Kemudian terkait peluang paslon Rico-Zaki dengan koalisi gemuknya menang di Pilkada Medan, bagi Marlan, selama semua berjalan jujur dan adil, terutama para Aparatur Sipil Negara (ASN), TNI, dan Polri semua netral, maka seluruh paslon mempunyai peluang yang sama.

“Karena ketiga paslon adalah wajah baru, tidak ada incumbent ikut bertarung, jadi semua punya peluang sama. Tergantung bagaimana penerimaan masyarakat kepada mereka,” tutupnya. (maulana/hm16)

Related Articles

Latest Articles