Thursday, February 6, 2025
logo-mistar
Union
PERISTIWA

Ratusan Siswa SMK Negeri 10 Medan Gagal SNBP, Pihak Sekolah Akui Lalai dan Minta Maaf

journalist-avatar-top
By
Thursday, February 6, 2025 20:47
55
ratusan_siswa_smk_negeri_10_medan_gagal_snbp_pihak_sekolah_akui_lalai_dan_minta_maaf

Wakasek Kurikulum, Pehulysa Sagala saat memberikan keterangan kepada para siswa dan orang tua. (f: susan/mistar)

Indocafe

Medan, MISTAR.ID

Unjuk rasa ratusan siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) Negeri 10 Medan untuk mendesak pihak sekolah bertanggung jawab atas keterlambatan pengisian Pangkalan Data Sekolah dan Siswa (PDSS), Kamis (6/1/25), berlangsung ricuh. Keterlambatan PDSS dari pihak sekolah membuat para siswa gagal mengikuti Seleksi Nasional Berbasis Prestasi (SNBP).

Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum, Pehulysa Sagala meminta maaf dan mengakui kelalaian ada di pihaknya. “Saya akui untuk SNBP, kelalaian itu ada di kami karena tidak bisa memprediksi waktu. Untuk itu saya mewakili sekolah minta maaf,” ucapnya di podium lapangan sekolah Jalan Teuku Cik Ditiro Nomor 57, Madras Hulu, Kecamatan Medan Polonia disambut teriakan riuh dari seluruh siswa.

Pehulysa menegaskan, pihak sekolah akan berusaha mencari jalan agar siswa-siswa tersebut bisa masuk jalur SNBP. Namun, dia mengakui untuk menjamin kelulusan para siswa ke jalur SNBP, bukanlah kewenangannya.

Saat ia masih di atas podium, seorang siswi mengangkat tangan untuk memprotes keterangan Pehulysa. “Izin ya bu, saya ralat. Saya kemarin dengar jelas, saya dengar di telinga saya. Mungkin kami semua juga dengar, ibu mengatakan ‘coba kalian sadar diri apakah nilai kalian layak untuk SNBP? Apakah itu kata-kata dari seorang guru bu?” ucap siswi tersebut.

Mendengar hal itu, Pehulysa pun meminta maaf terkait pernyataannya yang telah membuat siswa tersinggung. “Mungkin ingat kemarin saya katakan, ketika kita berbicara dengan emosi, kita pasti nangkapnya yang negatif. Baik terkait pernyataan saya, mohon maaf jika memang pernyataan saya itu membuat kalian tersinggung,” tuturnya.

Ia menyebutkan, pernyataan itu terucap saat membahas SNBP dan UTBK bersama siswa. Dengan menjelaskan bahwa ketika siswa terdaftar juga belum menentukan otomatis lulus.

“Kemudian saya bilang ada beberapa kriteria untuk memastikan kalian lulus atau tidak, coba kita lihat nilai rapornya. Mungkin penyampaian saya mungkin pendengaran kalian kesannya seolah-olah menjatuhkan. Tidak ada maksud saya seperti itu. Kalau kalian merasa itu niat saya seolah-olah menjatuhkan mental, saya minta maaf,” ujarnya diikuti sorakan para siswa.

“Karena memang kemarin kita bicara di awal kan kalian tidak mengklarifikasi juga maksudnya seperti apa. Saya pikir kalian sudah paham maksud saya. Kalau memang masalah itu, mungkin kalimat saya yang kurang pas. Tapi niat saya sebenarnya sembari menunggu kami berusaha agar kalian bisa masuk jalur SNBP, kalian juga bisa mempersiapkan diri untuk kemungkinan-kemungkinan lain,” sambungnya.

Para siswa SMKN 10 Medan melakukan demo karena keterlambatan input PDSS yang mengakibatkan mereka gagal SNBP. (f: susan/mistar)

Pernyataan Guru Menambah Kekesalan Siswa

AN, siswa kelas XII DPB 2, menyatakan rasa kecewa dan kekesalannya terhadap penjelasan pihak sekolah. Ia merasa pihak sekolah tidak jujur dan malah menyalahkan panitia serta pusat.

Siswa lainnya, AT, juga menilai penjelasan tersebut bertele-tele dan tidak menggambarkan kenyataan sebenarnya. “Seolah-olah segala usaha yang dilakukan itu kayaknya berhasil padahal itu gagal, tapi mereka nggak mau terus terang kalau itu sudah gagal dan itu pure kesalahan mereka,” tukasnya.

AN menambahkan bahwa sebagai tenaga pendidik, seharusnya para guru lebih memahami perasaan siswa yang telah berusaha keras.

"Sedangkan kami juga selalu berusaha nilai semester kami sampai semester 5. Terus dengan gampangnya ngomong kalau misalnya nilai yang naik turun, seakan-akan nggak percaya sama kami. Padahal kami juga belajar di sini sungguh-sungguh. Kami otomatis nggak mau mengecewakan sekolah juga,” keluhnya.

Tuntut Tanggung Jawab Pihak Sekolah

Perwakilan orang tua siswa, Dr Bangun Sitohang (52) mendesak pihak sekolah untuk mencari jalan keluar agar anak-anak mereka dapat masuk SNBP.

Mereka meminta agar pihak sekolah bersama perwakilan orang tua dan siswa berangkat ke Jakarta untuk menyelesaikan permasalahan tersebut dengan Kementerian Pendidikan. “Bukan hanya sekedar ke Jakarta, tetapi memastikan membuka link ikut SNBP. Tak perlu ke Jakarta pun tapi dijamin bisa dibuka link SNBP,” tegas Bangun.

Dalam keputusan akhir, pihak sekolah bersama perwakilan orang tua dan siswa akan berangkat ke Jakarta untuk menindaklanjuti permasalahan ini, Jumat 7 Februari 2025. (susan/hm24)

journalist-avatar-bottomRedaktur Syahrial Siregar

RELATED ARTICLES