9.9 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Satgas: Pasien Anak dan Lansia Perlu Penanganan Khusus Saat Terinfeksi Cacar Monyet

Jakarta, MISTAR.ID

Ketua Satgas Monkeypox PB IDI Hanny Nilasari mengemukakan kelompok usia anak menjadi salah satu pasien yang perlu memperoleh penanganan khusus tenaga medis saat tertular dan terinfeksi cacar monyet.

“Kelompok yang harus waspada terhadap Monkeypox secara umum adalah anak-anak, lansia, dan orang yang memiliki imunitas lemah,” kata Hanny Nilasari dalam dialog virtual “Memahami Cacar Monyet Yang Menjadi Darurat Kesehatan Global”, Kamis (11/8/22).

Ia mengatakan infeksi cacar monyet pada anak-anak ditandai dengan ruam di permukaan kulit, muncul mukosa mulut dan kemudian meluas. Dikhawatirkan anak-anak akan menjadi sulit untuk makan.

Baca Juga:Survei: 99 Persen Kasus Cacar Monyet Menyerang Pria

“Nanti bisa terjadi infeksi lokal di area tersebut dan bahkan sampai menginfeksi area bagian dalam mulut atau orofaring,” ujarnya.

Infeksi di bagian orofaring dapat memicu hilangnya selera makan sebab gangguan menelan dan lainnya.

“Jadi, anak-anak memang harus menjadi perhatian khusus,” katanya.

Baca Juga:Amerika Serikat Deklarasi Darurat Cacar Monyet

Tak hanya pada anak, kelompok risiko tinggi seperti lansia, ibu hamil, serta orang-orang dengan imunitas yang rendah juga perlu memperoleh perlindungan. Misalnya masyarakat dengan penyakit yang kronis kanker dan orang-orang yang sedang menjalani pengobatan juga perlu mendapatkan perhatian khusus bila terpapar virus Monkeypox.

Cacar monyet kini sudah beredar di sejumlah negara. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menempatkan status cacar monyet satu level di bawah pandemi.

Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI Mohammad Syahril mengatakan hingga saat ini belum ada masyarakat Indonesia yang terjangkit virus Monkeypox. Hasil surveilans mendeteksi 17 orang berstatus sebagai suspek cacar monyet dan seluruhnya sudah dinyatakan negatif setelah menjalani tes laboratorium.

Baca Juga:India Konfirmasi Kematian Cacar Monyet Pertama di Asia

Saat ini sudah ada sebanyak 1.100 laboratorium di Indonesia dengan 1.500 reagen yang sudah disebar.

“Sebanyak 17 orang semua suspek, begitu PCR hasilnya negatif, sehingga statusnya menjadi discarded,” ujarnya.

Syahril menambahkan, pemerintah sedang mencari vaksin sebagai cara menangkal keparahan sakit akibat virus yang berasal dari Afrika Selatan itu. (antara/hm14)

Related Articles

Latest Articles