28.8 C
New York
Tuesday, June 25, 2024

Gara-gara Korona, Omzet Agen Travel Di Medan Anjlok

Medan | MISTAR.ID – Penyebaran Novel Corona Virus (nCoV) atau virus korona asal Wuhan, China mulai berdampak terhadap pengusaha travel di Kota Medan. Wabah virus penyebab pneumonia ini mengakibatkan penurunan omzet bagi para pelaku bisnis biro perjalanan.

“Dari awal Januari ini sangat terasa sekali penurunannya. Bahkan untuk perusahaan saya sendiri, pemesanan tiket mengalami penurunan hingga 50 persen,” kata Direktur Utama Tiketku, Hasbi Hanafi, Senin (3/2/20).

Penurunan pemesanan tiket perjalanan ke luar negeri kata Hasbi, dengan rute tujuan ke negara China, Malaysia dan Thailand. Bahkan untuk tujuan ke China, sejak awal Januari sama sekali tidak ada pemesanan tiket.

“Kalau untuk tujuan ke China sama sekali enggak ada pemesanan. Kalau untuk negara-negara lainnya ada membatalkan tiket, dan ada juga mengundur hari keberangkatannya,” ujarnya.

Ia berharap, penyebaran virus korona ini segera dapat diatasi. Menurutnya, selain berbahaya, virus tersebut juga sangat memukul pertumbuhan di sektor ekonomi pariwisata. “Terutama bagi pengusaha travel, itu sangat terasa sekali dampaknya,” ujarnya.

Diketahui, Komisi Kesehatan Nasional China menyebutkan jumlah korban meninggal akibat wabah virus korona di China bertambah menjadi 361 kematian hingga Minggu (2/2/20). Jumlah tersebut naik 57 kasus kematian dari hari sebelumnya. Pihaknya menyebutkan 56 kematian baru berada di Provinsi Hubei dan satu kasus lagi berada di kota Chongqing. Sejumlah negara mulai melakukan evakuasi warga negara mereka di Wuhan, China, tempat asal virus korona baru muncul pada akhir Desember.

Menyikapi hal tersebut, Pemerintah Indonesia melarang seluruh pendatang asal China daratan untuk memasuki Indonesia. Larangan tersebut diberlakukan seiring merebaknya wabah Virus Corona yang berasal dari Kota Wuhan di Negeri Tirai Bambu tersebut.

Pelarangan itu bersifat sementara. Dengan demikian, semua pendatang yang tiba dari daratan China dan sudah berada di sana selama 14 hari untuk sementara tidak diizinkan untuk masuk dan melakukan transit di Indonesia.

Akui Dampak Korona

Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) mengakui dampak merebaknya wabah virus corona novel terhadap sektor pariwisata dan perdagangan di Indonesia.

Ketua Umum Apindo Hariyadi Sukamdani ditemui seusai rapat dengan Badan Anggaran DPR RI di Jakarta, Senin (3/2/20), mengatakan penurunan kunjungan wisatawan asal China serta menurunnya kegiatan ekspor-impor ke China menjadi dampak merebaknya virus tersebut.

“Seperti Bali, sekarang sudah drop sekali. Sekarang turis China itu 1,7 juta orang, kalau tidak ada penerbangan dari China ya hilang. Belum lagi kegiatan ekspor impor kita juga sekarang mulai menurun,” katanya.

Kendati tidak menjelaskan secara rinci, Hariyadi yang juga Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) itu menyebut penurunan kunjungan turis China begitu terasa di sejumlah wilayah, seperti Manado dan Bali.

Di Manado, di hari biasa total kunjungan wisatawan asal negeri panda bisa mencapai 70 persen, namun saat ini menurun hanya di kisaran 30 persen saja. Sementara di Bali, di periode low season seperti saat ini sedianya pengusaha hotel bintang tiga masih mendapatkan kunjungan wisawatan hingga 40 persen. Akan tetapi, karena mewabahnya virus corona, kunjungan wisatawan disebutnya tidak melebihi 30 persen.

“Saya belum bisa konfirmasi angkanya, tapi kalau dengar laporan teman-teman, di sana (Bali) itu dampaknya bukan hanya dari turis China saja tapi juga turis yang lain juga batal, seperti dari Eropa. Ini yang kami khawatirkan,” imbuhnya.

Ada pun terhadap kegiatan ekspor impor, Hariyadi menuturkan selain terkendala masalah administrasi, banyak pula pabrik yang ditutup karena dampak virus korona dan diperpanjangnya masa liburan Imlek.

“Itu otomatis dari segi produksi juga bermasalah. Lalu kita mau ekspor ke sana juga bermasalah karena tidak ada pesawat,” imbuhnya.

Meski Indonesia masih lebih banyak mengimpor dari China, Hariyadi mengakui pengusaha dalam negeri kelimpungan untuk mencari pasokan suku cadang, terutama untuk kegiatan produksi. Dengan demikian, pengusaha harus mencari alternatif pemasok lain meski harganya lebih mahal.

Neraca perdagangan Indonesia masih defisit dengan China karena lebih banyak mengimpor dari Negeri Tirai Bambu. Indonesia banyak mengekspor komoditas seperti barang mineral hingga minyak kelapa sawit. Sementara China banyak mengekspor barang konsumsi rumah tangga hingga manufaktur.

“Kalau dilihat, kondisi kita tidak sebegitu terdampak ketimbang China (soal ekspor impor). Kita impor lebih banyak, jadi defisit. Tapi tetap saja untuk dapat sparepart yang lebih murah kita kelimpungan juga, repot juga pasti,” katanya.

Sumber: Antara
EDitor: Luhut Simanjuntak

Related Articles

Latest Articles