8.1 C
New York
Monday, October 28, 2024

PM Thailand Minta Maaf Atas Tragedi Pembantaian Muslim pada 2004

Krung Thep Maha Nakhon, MISTAR.ID

Perdana Menteri Thailand, Paetongtarn Shinawatra, secara resmi meminta maaf atas tragedi pembantaian Tak Bai, yang menewaskan 78 warga Muslim pada 2004, saat ayahnya, Thaksin Shinawatra, masih berkuasa.

“Atas nama pemerintah, saya meminta maaf atas apa yang terjadi di Tak Bai 20 tahun lalu,” ujar Paetongtarn pada Kamis (24/10/24). “Saya menyampaikan belasungkawa kepada mereka yang terdampak,” katanya seperti dilansir Antara.

Dia memastikan bahwa pemerintah telah memberikan ganti rugi kepada keluarga korban dan berharap tragedi serupa tidak akan terulang lagi.

Peristiwa berdarah itu terjadi pada 25 Oktober 2004 di Provinsi Narathiwat, Thailand selatan. Tragedi dimulai setelah enam relawan pertahanan desa ditangkap karena diduga menyerahkan senjata kepada pemberontak.

Baca juga: Indonesia Ingin Bergabung dengan BRICS

Penangkapan tersebut memicu unjuk rasa besar di depan kantor polisi Tak Bai, yang berakhir ricuh setelah aparat bertindak represif.

Ratusan warga yang ditangkap dipaksa naik truk menuju pangkalan militer di Pattani. Dalam perjalanan itu, 78 orang tewas akibat sesak napas setelah dijejalkan secara brutal di dalam truk tertutup.

Thailand akan memperingati 20 tahun tragedi Tak Bai pada Jumat (25/10/24), di tengah berakhirnya statuta pembatasan kasus tersebut. Statuta pembatasan adalah ketentuan hukum yang membatasi waktu maksimal bagi suatu kasus untuk diproses.

Baca juga: Indonesia Ingin Bergabung dengan BRICS, Apa Itu BRICS?

Namun, komunitas Muslim dan aktivis hak asasi mendesak pemerintah Paetongtarn untuk mengeluarkan dekrit guna memperpanjang masa hukum kasus itu. Hingga kini, tidak ada pihak yang menyerahkan diri atau diadili terkait tragedi tersebut, memicu kritik bahwa keadilan belum ditegakkan.

Sebagai bentuk peringatan, para aktivis dan komunitas Muslim melakukan aksi napak tilas pada Rabu (23/10/24), dengan bersepeda menyusuri rute yang sama seperti perjalanan terakhir truk yang membawa para korban. Aksi ini bukan hanya mengenang tragedi, tetapi juga menjadi seruan agar pemerintah memastikan peristiwa serupa tidak terulang.

“Saya berharap semua pihak, termasuk pemerintah, bekerja keras agar insiden seperti ini tidak terjadi lagi,” ujar Paetongtarn, menggarisbawahi komitmen untuk mencegah kekerasan dan menjaga perdamaian di masa depan. (ant/hm25)

 

Related Articles

Latest Articles