Ontario, MISTAR.ID
Dari jumlah 11,4 juta orang yang tinggal di Haiti, disebutkan sebanyak 5,5 juta memerlukan bantuan kemanusiaan dan 3 juta di antaranya merupakan anak-anak.
“Haiti jelas sekali merupakan skala krisis kemanusiaan yang sangat besar,” sebut Koordinator Kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Haiti, Ulrika Richardson ketika konferensi pers virtual, pada Kamis (21/3/24).
Saat menghubungkan krisis di negara terbesar ketiga di Kepulauan Karibia tersebut dengan ketidakstabilan politik dan ketidakamanan yang meluas, Richardson menuturkan, sejumlah besar orang wajib meninggalkan daerahnya ketika geng-geng merebutnya.
Baca juga:Kerusuhan Menggila, Mayat Berserakan di Pinggiran Ibu Kota Haiti
Richardson mengingat perihal Januari sebagai bulan paling penuh kekerasan dalam kurun 2 tahun terakhir.
“Begitu menyedihkan, dapat kami pastikan Februari adalah bulan yang lebih membahayakan lagi. Ada 2.500 orang yang meninggal pada masa 2 bulan itu,” paparnya, seraya menyatakan perlunya solidaritas dari komunitas internasional.
Kala merespons pertanyaan tentang kemungkinan PBB pergi dari Haiti, Richardson menyatakan, pihaknya belum sampai pada tahap itu. Menurutnya, PBB berupaya mendukung warga Haiti dengan semua cara dan berharap ada pengerahan pasukan keamanan multinasional secepat mungkin.
Baca juga:Haiti Dilumpuhkan Geng, AS Evakuasi Warganya
Kondisi di negara itu memburuk secara dramatis dalam beberapa bulan terakhir. Penculikan, pembunuhan, perampokan bersenjata, hingga kejahatan kekerasan sebagai hal yang lazim. Itu kian memperparah eksodus imigran dari Haiti.
Minggu lalu, Perdana Menteri (PM), Ariel Henry mundur setelah meninggalkan negara kepulauan tersebut.
Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM) menuturkan, mulai 29 Februari berbagai lingkungan di daerah Port-au-Prince sudah sebagai sasaran serangan bersenjata yang intens sampai menyebabkan hampir 15.000 orang mengungsi. (ant/hm16)
