Pengorbanan Sopir Pengangkut Ikan dan Sayur Rayakan Lebaran di Jalan


Mobil pick up bermuatan sayur milik Jhon dalam perjalanan menuju Sibolga. (f: ist/mistar)
Simalungun, MISTAR.ID
Bagi sebagian besar orang, Lebaran adalah momen berkumpul bersama keluarga. Namun, bagi Renol Saragih, seorang sopir pengangkut ikan berusia 31 tahun, asal Kecamatan Panei, Simalungun, hari raya justru menjadi waktu kerja yang sibuk.
Alih-alih berkumpul bersama istri dan tiga anaknya di rumah, Renol yang duduk di balik kemudi truknya, justru bersiap menempuh perjalanan ratusan kilometer dari Haranggaol ke Kotapinang untuk mengantarkan ikan-ikan segar. Tahun ini menjadi Lebaran keempat baginya tanpa kehangatan dengan keluarga.
"Ini baru sampai di Haranggaol, jalanan sudah mulai macet. Kitakan ada jam yang harus dikejar juga. Kalau masih ada jalan potong, masuk terus. Intinya diupayakan pagi sudah sampai, berangkatnya malam dari sini (Haranggaol), sekitar jam 7 lewat gitulah," ujar Renol saat dihubungi, Kamis (27/3/2025).
Sebagai sopir pengangkut ikan, ia tak punya pilihan selain tetap bekerja, bahkan di hari besar. Lonjakan kendaraan, kemacetan, dan perjalanan malam yang melelahkan sudah menjadi bagian dari rutinitasnya.
"Waktu tempuh normal satu malam, tapi kalau lagi libur, banyak kendaraan, bisa lebih sehari. Biasanya kita gak terlalu maksa kalau mau pulang, sewaktu mengantar yang harus dikejar waktunya," ucapnya.
"Harus kerja kita, kalau tidak diantar (ikan), tak makan ikan di sana," katanya sambil tertawa kecil, meski ada nada lelah di suaranya.
Di tempat lain, Jhon Damanik, seorang sopir pengangkut sayur dari Saribudolok, juga harus melewati Lebaran di jalan. Mobil pick up penuh dengan sayur-mayur segar yang ia kemudikan harus segera tiba di Nias dan Sibolga. Jika terlambat, sayur bisa layu dan harga juga turun.
"Walaupun Lebaran, tetap harus jalan. Itulah pilihan jadi sopir ini. Tetap kejar waktu, kalau sayur layu, harga turun," ujarnya saat dihubungi Mistar di hari yang sama.
Perjalanan dari Saribudolok ke pesisir barat Sumatera bukan perkara mudah. Jalan berkelok, tanjakan curam, dan cuaca yang tak menentu menjadi tantangan tersendiri. Namun, bagi Jhon, pekerjaan ini adalah bagian dari tanggung jawabnya.

Truk pembawa ikan dari Haranggaol yang dikemudikan Renol. (f: ist/mistar)
Saat orang lain merayakan momen Lebaran dengan berkumpul bersama keluarga, Renol dan Jhon, serta teman se-profesi mereka lainnya, harus rela menghabiskannya di balik kemudi.
Di sela perjalanan, mereka hanya bisa berbincang dengan keluarga lewat telepon. "Anak dan Istri sudah mengerti, mereka cuma bilang hati-hati di jalan. Itulah yang selalu saya ingat," ujar Renol.
Meski berat, mereka tetap menjalani pekerjaan ini dengan penuh kesadaran. Tanpa mereka, pasokan ikan dan sayur bisa terganggu.
Lebaran bagi mereka bukan sekadar perayaan, tetapi juga tanggung jawab. Dan di balik roda yang terus berputar, ada pengorbanan yang tak selalu terlihat—demi memastikan kebutuhan banyak orang tetap terpenuhi. (indra/hm24)
PREVIOUS ARTICLE
Sensasi Makan Bajamba di Istano Basa Pagaruyung