9.4 C
New York
Friday, March 29, 2024

Dunia Dibayangi Krisis Pangan Dampak Serangan Rusia ke Ukraina, Bagaimana dengan Indonesia?

Jakarta, MISTAR.ID

Harga pangan global makin mahal terdorong serangan Rusia ke Ukraina pada awal tahun ini. Harga jagung dan kedelai terus menanjak hingga mencapai harga tertinggi sejak satu dekade silam.

Hal ini jadi sinyal bagi inflasi makanan yang semakin tinggi ke depan. Konflik tersebut kemudian membahayakan pasokan biji-bijian dan minyak nabati dunia. Hal itu ditambah cuaca buruk di benua Amerika mengakibatkan gagal panen di sejumlah negara produsen seperti Brasil dan Argentina, serta Amerika Serikat (AS). Krisis pasokan pun mengancam.

Harga jagung telah melambung 37% sepanjang tahun ini dan bertengger di level US$ 81,4/gantang. Sementara itu, harga kedelai di posisi US$ 16,7/gantang, melonjak 25,8%. Harga keduanya telah mencapai level tertinggi sejak 2012.

Baca Juga:Waspadai Ancaman Krisis Pangan di Masa Pandemi

Jika jagung dan kedelai mencapai level tertinggi baru, efeknya akan luas. Sebab, keduanya dipakai sebagai bahan baku di sektor pangan. Contohnya saja untuk pakan ternak dan bahan baku minyak nabati.

Faktanya, kenaikan bahan-bahan utama ini meluas ke biaya produksi makanan mulai dari daging babi hingga Pepsi sehingga dapat menggerogoti daya beli masyarakat, seperti yang sudah dialami di AS. Harga pangan AS pada Maret naik 8,8% dari tahun sebelumnya, menurut Biro Statistik Tenaga Kerja.

Sementara itu, Bank Dunia memperkirakan perang di Eropa akan meningkatkan harga pangan sekitar 23% tahun ini, setelah naik 31% pada tahun 2021 ketika rantai pasokan yang kacau dan cuaca buruk terjadi.

Eskalasi geopolitik di Eropa Timur menghasilkan masalah baru yang makin menambah penderitaan dunia setelah harga energi yang naik. Terlebih lagi konflik ini melibatkan Ukraina sebagai pemasok jagung utama dunia.

Ada keraguan bahwa penanaman jagung akan dilakukan di tengah pertempuran atau pasokan akan sampai ke pasar internasional setelah panen. Departemen Pertanian AS telah menurunkan proyeksinya untuk ekspor jagung Ukraina sekitar 30% sejak invasi Rusia.

Baca Juga:Ini Cara Leluhur Sunda Selamatkan Warga di Krisis Pangan

Sementara kenaikan kedelai akhir-akhir ini didorong oleh kekeringan parah dan suhu tertinggi di Brasil, yang mengancam mengurangi jumlah panen.

Kekeringan juga mengkhawatirkan di Amerika Utara, karena pola cuaca La Niña. Hanya 7% dari jagung tahun ini ditanam pada awal minggu, dibandingkan dengan 16% tahun lalu, kata Departemen Pertanian. Pengiriman kedelai juga terlambat dari jadwal.

Dampak kenaikan keduanya akan terasa hingga Indonesia dari neraca dagang hingga harga sembako. Indonesia adalah importir bersih jagung. Nilai impor jagung Indonesia pada Januari-Februari 2022 senilai US$ 71,18 juta atau setara Rp 1,01 triliun, terbang 596% year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2021.

Meskipun jumlahnya meroket, namun laju pertumbuhan volume impor jagung Indonesia tidak setinggi nilainya. Volume impor jagung pada Januari-Februari 2022 tercatat 208,6 ribu ton, naik 294% yoy dibanding periode yang sama tahun 2021.

Artinya, biaya impor jagung semakin mahal dan bisa menekan neraca dagang Indonesia dari sisi impor.

Baca Juga:IMF Sebut Dunia Internasional Tengah Alami Krisis Ganda

Begitu juga dengan impor kedelai. Tingginya harga kedelai menahan penurunan nilai impor hanya 3% yoy, meskipun volume impor jatuh 14% yoy

Nilai impor kedelai Indonesia pada Januari-Februari 2022 senilai US$ 194,44 juta atau setara Rp 2,78 triliun, turun 3% year-on-year (yoy) dibandingkan periode yang sama tahun 2021. Sementara volume impor kedelai tercatat 338,9 ribu ton, turun 14% yoy.

Harga jagung dan kedelai yang semakin mahal membebani para peternak ayam dan telur. Sebab jagung adalah komponen pakan ternak. Ketika harga jagung tinggi, harga pakan ternak pun turut melambung. Ujung-ujungnya kenaikan harga ayam potong dan telur.

Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) nasional mencatat, harga rata-rata daging ayam ras pada 3 Mei 2022 bertengger di Rp45.450 per kg. Sementara harga telur ras tercatat Rp30.400/kg. Harga keduanya mulai merangkak naik sejak Februari 2022 lalu.

Baca Juga:Mencegah Krisis Energi, Indonesia Harus Tingkatkan Industri Migas

Harga ayam dan telur yang naik mampu mendorong inflasi. Ini karena keduanya memiliki bobot cukup besar terhadap inflasi sektor makanan, minuman, dan tembakau.

Daging ayam ras berperan terhadap 5,5% terhadap inflasi sektor makanan, minuman, dan tembakau dan 1,37% terhadap inflasi total. Ini membuatnya jadi jenis makanan yang memiliki bobot terbesar kedua setelah beras.

Sedangkan telur ayam ras memiliki bobot 2,8% terhadap inflasi kelompok dan 0,7% terhadap inflasi total.

Perlu diketahui, sektor makanan, minuman, dan tembakau memiliki bobot terbesar terhadap perhitungan inflasi secara nasional. Sehingga naiknya inflasi di sektor ini mampu mendongkrak inflasi nasional. (cnbc/hm12)

Related Articles

Latest Articles