18.6 C
New York
Thursday, April 25, 2024

China Borong Emas 32 Ton Hadapi Resesi Global

Beijing, MISTAR.ID

Hingga saat ini emas masih menjadi primadona buat investasi. Apalagi tahun ini (2023), potensi resesi global masih menghantui. Investor masih mengkhawatirkan potensi resesi global yang bakal terjadi pada tahun ini.

Apalagi, beberapa bank sentral mulai mengoleksi emas yang dianggap sebagai salah satu aset safe haven, di mana salah satunya yakni bank sentral China (People Bank of China/PBoC).

PBoC memborong emas dalam jumlah yang besar dalam dua bulan terakhir. World Gold Council (WGC) pada Jumat pekan lalu melaporkan bahwa bank sentral Negeri Panda tersebut memborong emas sebanyak 32 ton pada November 2022.

Baca Juga:Resesi Global, Puluhan Perusahaan Kakap di AS Ajukan Pailit

Pembelian emas oleh PBoC adalah yang pertama kali sejak September 2019 atau lebih dari tiga tahun lalu.

Tidak hanya China, bank sentral lainnya juga memborong emas pada tahun lalu. WGC melaporkan jumlah pembelian tersebut menjadi yang terbesar dalam 55 tahun terakhir.

Bagaimana prospek emiten emas Indonesia ?

Analis DCFX Futures Lukman Leong menyebut, prospek perusahaan penambang emas Indonesia kedepannya juga akan kecipratan. Bahkan, Harga emas diperkirakan akan melewati harga rekor tahun ini dan paling tidak akan mencapai 2100 dollar per troy ounce.

“Prospek sangat bagus yah untuk emas, apalagi setelah pembukaan kembali ekonomi mereka. Bukan hanya pembelian dari bank sentral, namun permintaan ritel juga akan semakin meningkat,” ujarnya, Selasa (10/1/23).

Menurutnya, penjualan emas emiten BUMN PT Aneka Tambang (Persero) Tbk (ANTM) juga diperkirakan kian meningkat.

“Saya melihat penjualan antam akan meningkat besar. Dengan harga emas internasional yang akan naik tajam dan rupiah yang diperkirakan juga akan terdepresiasi, harga emas dalam rupiah akan naik lebih tinggi menlewati Rp1,3 juta per gram,” ucapnya.

Baca Juga:Harga Emas Melonjak karena Kekhawatiran Resesi Ekonomi Global

Hal senada juga dikatakan oleh analis Mirae Asset Sekuritas Indonesia Nafan Aji. Kebijakan Tiongkok tersebut akan memberikan keuntungan bagi emiten-emiten penambang emas yang diiringi dengan peningkatan produktivitasnya.

“Tingkat produksi emas tersebut sebenarnya ada harapan kenaikan harga emas. Mudah-mudahan saja bisa mempengaruhi bottom line yang stabil,” ungkapnya.

Namun, perusahaan tambang juga perlu memperhatikan faktor resesi global yang menyebabkan terjadinya penurunan permintaan di sektor komoditas.

Sementara, Direktur Equator Swarna Capital Hans Kwee mengatakan, pembukaan ekonomi China jadi sentimen positif untuk harga komoditas termasuk emas. China sendiri merupakan pembeli emas terbesar di dunia Bersama India.

“Biasa kalau harga emas naik emiten emas juga naik,” pungkasnya. (cnbc/hm12)

Related Articles

Latest Articles