9.9 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Antropolog Belanda Meneliti Topeng Mbawa Bekhu Nias

Gunungsitoli, MISTAR.ID

Topeng Mbawa Bekhu disalahpahami sebagai bagian dari perbudakan dan bentuk rasis di Eropa, terutama di Belanda, dan menarik perhatian para pakar di negara tersebut untuk mengetahui asal-usul kekayaan budaya asal Nias ini.

Dua antropolog dari VU University Amsterdam berkunjung ke Desa Hilisimaetanö di Kecamatan Maniamölö, Kabupaten Nias Selatan, Selasa (13/6/23). Dua antropolog tersebut ingin mengetahui bagaimana topeng digunakan oleh orang Nias pada masa lalu.

Desa wisata Hilisimaetanö adalah salah satu desa adat tertua di Nias Selatan. Orang-orang di desa ini masih menjaga tradisi dan peninggalan orang tua mereka. Dua antropolog VU University Amsterdam tersebut bernama Sadiah Boonstra dan Laetitia Lai. Mereka memahami penelitian itu sangat penting untuk memahami kenapa orang Nias zaman dahulu menggunakan topeng yang terkesan menyeramkan.

Baca juga : Pustaha Laklak, Buku Sakti Suku Batak yang Sedang Diteliti Ilmuwan Eropa

“Jadi topeng itu dinamakan Mbawa Bekhu. Kami jelaskan bahwa dulu topeng-topeng itu hanya digunakan saat perang antar suku,” kata Kristiaman Dakhi, Sekretaris Desa Hilisimaetanö.

Dia mengatakan, “Dengan menggunakan topeng itu, maka mereka mencoba menakuti dan mengintimidasi lawan dengan topeng yang menyerupai bekhu atau iblis. Yang menggunakan topeng adalah prajurit yang berperang dan tidak ada hubungannya dengan perbudakan.”

Menurut Kristiaman, penelitian topeng Nias ini juga mencari hubungan dengan sistem perbudakan yang ada di Nias, karena ada sebuah pameran di Belanda yang menampilkan topeng yang menyerupai wajah budak yang hidup di sana.

Namun, pameran wajah itu memicu kontroversi yang dianggap rasis oleh sebagian masyarakat. Ini mendorong dua antropolog dari Universitas VU di Amsterdam untuk menyelidiki kebenaran.

Baca juga : Berselancar di Keindahan Pulau Nias yang Eksotik

Pemerintah Desa Hilisimaetanö sangat mengapresiasi kunjungan tersebut. Setidaknya, ada kemungkinan untuk membuat desa adat ini terkenal di dunia internasional melalui penelitian dan tulisan yang akan dibuat. (KBRN/hm19)

Related Articles

Latest Articles