13.6 C
New York
Saturday, April 27, 2024

Situs Sejarah Pahlawan Nasional Raja Sisingamangaraja XII di Balige Terabaikan

Toba, MISTAR.ID

Banyak tidak mengetahui situs sejarah Mual Jabi-Jabi (mata air Jabi-Jabi) yang terletak tepat di jantung Kota Balige ibu kota Kabupaten Toba, merupakan tempat disakralkan ketika masa penjajahan.

Ini karena sebelum berangkat berperang, Raja Sisingamangaraja XII selalu dimandikan dalam bahasa Batak diurasi. Artinya meminta berkat dari Yang Maha Kuasa melalui air tersebut segala kesialan dihilangkan, dilakukan oleh Guru Somalaing Pardede sebagai syarat agar memenangkan perang melawan penjajah.

Sahala Pardede saat diwawancarai mistar.id, pada Rabu (15/11023) menuturkan, lokasi Mual Jabi-Jabi di Lumban Jabi-Jabi, Kelurahan Pardede Onan, Kecamatan Balige diberikan marga Pardede melalui Guru Somalaing untuk dijadikan  pusat atau markas pasukan dari Raja Sisingamangaraja XII, kala terjadi perang melawan penjajah yang dinamakan Perang Pulas atau Perang Batak sekitar tahun 1800 an, berlangsung selama 11 hari di Kabupaten Toba.

Baca juga:Peringati Gugurnya Sisingamangaraja XII, Forkopimda Toba Gelar Upacara dan Ziarah

“Leluhur kami Guru Somalaing merupakan generasi terpintar dari keturunan Raja Toga Laut Pardede, menguasai 5 bahasa, ahli obat-obatan serta ahli strategi perang bahkan juga memiliki kekuatan spiritual. Sehingga Pahlawan Nasional (Raja Sisingamangaraja XII) menjadikan opung (kakek) Guru Somalaing menjabat Menteri dan Panglima kala itu,” imbuh Sahala mengenang.

Dia melanjutkan, keberadaan Guru Somalaing ketika itu sangat berperan dalam perjuangan saat terjadi Perang Pulas. Khususnya memberikan kekuatan spiritual kepada Raja Sisingamangaraja dengan mangurasinya di mata air Jabi-Jabi yang diyakini memiliki khasiat pelindung dan berkat kepada seseorang bila dimandikan.

“Namun sayang, sekitar tahun 1896 Guru Somalaing berhasil ditangkap penjajah Belanda, kabarnya diasingkan ke Pulau Jawa, secara pasti di kota mana sampai saat ini kami marga Pardede tidak mengetahui,” tuturnya sedih.

Baca juga:Peringatan Harkitnas, Pemkab Toba Gelar Ziarah ke Makam Sisingamangaraja XII

Sambung Sahala, leluhur mereka berperan penting dalam peperangan melawan penjajah di Tanah Batak mendampingi Raja Sisingamangaraja XII untuk memenangkan peperangan, serta melakukan diplomasi dengan pihak lawan karena menguasai banyak bahasa. tetapi jasanya terlupakan dan sampai saat ini tidak dijadikan sebagai pahlawan nasional seperti yang disandang pimpinannya, Raja Sisingamangaraja XII.

Kendati demikian, Sahala menuturkan, pihaknya melalui Abdul Halim Pardede melakukan pemugaran di Mual Jabi-Jabi agar tetap lestari. Awalnya hanya merupakan mata air yang airnya mengalir kemana-mana. Namun setelah didirikan sebuah sumur menanamkan riol bukti sejarah pusat perjuangan melawan penjajah setidaknya dapat dikenang keturunan Pardede.

“Semestinya, lokasi tersebut bisa dijadikan menjadi ikon sejarah perjuangan dalam mengusir penjajahan di tanah Batak umumnya Indonesia. Kolaborasi Pemkab Toba melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) dengan Pardede menjadikan tempat kunjungan wisata melalui pembangunan pemugaran yang semenarik mungkin,” ucap Sahala penuh harap.

Baca juga:Peringati Hari Pahlawan, PPM Toba Tabur Bunga di Makam Sisingamangaraja XII

Menurut Sahala, Pemkab Toba melalui Disbudpar menghargai perjuangan yang dilakukan leluhur mereka mendampingi Raja Sisingamangaraja XII, dan memiliki peran yang sangat penting dalam memenangkan peperangan kala itu, sehingga luput dari penindasan penjajah yang beberapa kali gagal menduduki Tanah Batak.

“Setidaknya mengobati luka hati kami, pemerintah memberikan perhatian lokasi Mual Jabi-Jabi dipoles sedemikian rupa. Melalui pemugaran yang apik sudah pasti akan dikunjungi dan dikenang banyak orang. Selain itu, kami Pardede juga dapat berziarah ke lokasi tersebut. Sebab kemana lagi kami ziarah jika bukan ke tempat peninggalan Guru Somalaing Pardede hingga kini makamnya masih menjadi misteri. Sebab bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya,” pungkasnya dengan nada sedih. (nimrot/hm16)

Related Articles

Latest Articles