9.9 C
New York
Sunday, April 28, 2024

Rusmadi Mencari Cinta

Oleh: Rika Yoesz

Maaf adik, aku kehilangan rasa padamu. Aku tak lagi merasa ada gairah yang tumbuh saat kita berdua. Tak ada getar, tak ada bahagia, datarrr tanpa rasa.

Adik, rasanya aku ingin mengakhiri hubungan ini saja. Sebab jika terus kita pertahankan, ketika rasa kian menghilang, ketika cinta kian tergerusi, kau dan aku tidak akan bahagia dan kita akan sama sama menderita.

Adik, kita hanya bersama karena ada anak diantara kita. Tapi aku lelah terus menerus berpura pura bahagia, ini terasa kosong. Bisakah kau pahami rasa ini, rasa yang ingin memberontak keluar dari beban yang begitu berat.

Aku tahu, kau sudah punya firasat ini, tapi kau pura pura tidak peduli. Mungkin karena kau juga sibuk seperti aku, ada beban kerja yang sama sama berat tengah kita tanggung, kau kepala di salah satu SKPD, sedang aku mendapat tugas sebagai penjabat Wali Kota. Yah, satu sisi ini mampu membuat kita lupa tentang rasa yang sempat kosong.

Sampai akhirnya kekosongan ini diisi oleh orang lain. Maaf adik, aku tengah mencari bahagiaku. Bahagia menjadi lelaki yang dimanja perempuan perempuan cantik. Bahagia dipuji perempuan perempuan centil dan bahagia cumbuan yang menghantarkanku ke langit ke 7. Adik… semua itu telah lama tidak kudapatkan darimu. Sampai aku lupa bahkan mungkin sedikit gila. Gila seperti orang-orang disekelilingku hingga aku membuat pembenaran, ini biasa di kalangan para penjabat seperti aku.

Adik, sampai suatu hari kegilaanku semakin menjadi. Aku menemukan satu pesona yang ingin kumikili dari seseorang. Kau tahu, dia adalah asistenku. Mungkin ini biasa, bagi orang lain. Tapi demi dia aku berani melakukan apa saja asal kehendakku tercapai. Ambisiku menaklukan pesona itu menjadi milikku. Aku tergila-gila bahkan berani meninggalkanmu.

Akhirnya kau mengetahui kegilaannku kali ini. Memang, entah mengapa kepada si pesona ini aku ingin semua orang tahu aku memiliki cinta. Dan aku merasakan bunga-bunga yang sebelumnya hanya sebuah kuntum, kini bermekaran di hatiku. Asal aku bersamanya, dekat dengannya. Aku lupa denganmu dan yang perempuan lainnya, pikiranku hanya pada dia.

“Kau atau aku yang akan menderita,” kau mengancamku dik.
Aku tak perduli, toh selama ini biduk rumah tangga kita sudah goyah.

Related Articles

Kini Aku Tahu Akhir Ceritanya

Di Ujung Sepi

Rambut Hitam Panjang Terurai

Latest Articles