Medan,MISTAR.ID
Oleh: Rika Yoesz
Malam terasa dingin dan aroma terali besi yang menyengat masih belum hilang dalam ingatan. Ditambah lagi bertubi penyesalan yang tak berhenti singgah menyesakan dada. Tentang anak-anak yang harus menanggung rindu, tentang benci mereka pada kepahitan yang harus tiba tiba mereka rasa, tentang dia yang tidak perduli serta penyesalanku yang tak berkesudahan.
Ini bukan tentangku yang harus menikmati kejamnya penjara, tapi lebih dari itu, tentang bagaimana selanjutnya aku menata puing-puing hati dan pura pura tidak tahu apalagi kecewa.
Gadis mungil yang ia gendong saat perutnya tengah buncit merengek minta dibelikan mainan. Kuberikan boneka berby dengan menyembunyikan hati yang mengiris.
Senyum manisku menyembunyikan taring yang sejujurnya mengeratak tak sabar ingin menggigit.
“Sudah berapa bulan?” tanyaku masih terdengar manis
Kulihat dia gelagapan.
“Okh… anu, sembilan bulan, kak.” jawabnya terbata.
“Hmmm… baik-baik yah, jangan banyak fikiran. Ibu yang sehat dan fikiran yang senang akan melahirkan bayi yang sempurna,”
Perempuan itu melongo. Dan aku tak ingin membiarkan aroma mukaku yang kian memerah hingga aku harus pergi ke mobil dengan segera. Dan muntahku tak tertahankan untuk keluar sebelum aku menutup pintu mobil. Sampai di situ tangisku tak berhenti pecah dalam sesak yang teramat dahsyat.
Artinya,,, pengkhianatan itu sudah terjadi sebelum aku dalam penjara. Tak seberapa jauh setelah aku melahirkan anak kedua. Dan kalian menari nari selama aku dalam penjara. Seberengsek itulah dirimu, lelaki pengangguran yang harus kunaikan marwahmu menjadikanmu seorang direktur pada perusahaan yang aku bangun. Dan aku harus dijebloskan dalam penjara serta vonis menjeratku dalam tindakan bersama sama melakukan korupsi.
Tap! Tapi aku tak akan mau menceraikanmu. Masih ada satu episode yang harus kulewati sehingga aku harus bertahan melewati perihnya hati yang kau sayat ini.
(pagi/020823).
