18.8 C
New York
Thursday, August 8, 2024

Penyesuaian Bimbel di Medan Mendidik Pelajar dengan Kurikulum Merdeka

Medan, MISTAR.ID

Penghapusan jurusan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) mulai diberlakukan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek).

Tak hanya berdampak bagi sekolah dan guru, bimbingan belajar (bimbel) pun turut merasakan perbedaan dari perubahan Kurikulum 13 (K-13) ke Kurikulum Merdeka (Kurmer).

Sebagaimana yang disampaikan oleh Kepala Wilayah Ganesha Operation (GO) Sumatera Utara (Sumut), Elbisker Sinaga saat ditemui mistar.id di kantornya, Jalan Hayam Wuruk, Kecamatan Medan Baru, Kota Medan.

Baca juga:Kemendikbudristek Optimistis Kurikulum Merdeka Tetap Bertahan di Era Prabowo

“Secara konten iya (merasakan perbedaan), tetapi secara konteks enggak. Artinya konten bisa misalnya boleh duluan C baru A baru B. Tapi secara konteks holistiknya artinya tetap kita kembali bahwa sebenarnya kurikulum itu hanya alat bantu untuk mencapai tujuan,” katanya, pada Kamis (8/8/24).

Ia mengatakan, bahwa sejak awal, GO selalu menerapkan 3A yaitu Accept (terima), Adapt (adaptasi) dan Accelerate (akselerasi). Dan GO tidak ada masalah terhadap perubahan kurikulum yang ada.

“Kita terima kebijakan itu. Tidak bisa diintervensi, itu di luar kemampuan kita. Kedua, adaptasi terhadap apapun kurikulumnya. Kemudian kita berusaha mengakselerasi pelajar untuk bisa dia custom, untuk dia bisa menerima apapun perubahan itu di sekolah,” lanjutnya.

Selain itu, untuk menghadapi kebingungan siswa-siswi dalam memilih jurusan yang akan diambil ke depannya, Elbisker mengatakan, bahwa GO menyediakan lembaga konsultasi pemilihan jurusan, lembaga konsultasi pemilihan prodi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) yang relevan dengan aspek akademik maupun psikologis siswa-siswi.

Baca juga:Kurikulum Merdeka Wajib Diterapkan Paling Lambat Tahun Ajaran 2026/2027

“Makanya GO mempersiapkan anak didiknya siap secara akademik dan juga siap secara psikologis. Karena gini anak-anak yang siap secara akademik belum tentu dia bisa berhasil masuk PTN kalau secara psikologis dia nggak siap,” jelasnya.

Kelas di GO sendiri, lanjutnya dipisah tergantung peminatan pelajar. Ia pun menampilkan dua jenis buku yang biasanya dibagikan pada siswa. Yang pertama adalah buku tebal dengan daftar isi mata pelajaran (mapel) campuran, semua digabung. Dan yang selanjutnya adalah buku-buku yang tidak terlalu tebal namun sudah dipisahkan per mapelnya.

“Nggak mudah loh ini untuk memutarnya, jadi secara teknis pasti ada perubahan itu. Nah maka bagi GO kita bilang tadi kita sudah pegang satu komitmen. Di dunia ini ada 1 hal yang tidak bisa kita ubah di luar diri kita, ngapain stress gara-gara itu. Terima saja, lalu kita yang adaptasi dan mengakselerasi jadi tidak tertinggal,” sambungnya.

Wesley Siagian selaku Koordinator SMA Sony Sugema College (SSC) Sumut menyampaikan, pihaknya menerapkan pembagian kelas sesuai kurikulumnya.

Baca juga:Penerapan Kurikulum Merdeka di Simalungun Berjalan Lancar 

“Memang kita pecah, sehingga bisa 1 kelas nanti cuma 2 orang. Karena hanya 2 orang yang sesuai kurikulumnya ya tentu harus kita layani. Ya itu nggak break even point, rugi secara biaya, budgetnya mengajar, AC, semua lah biaya-biaya nggak tercukupi kalau cuman 1 kelas itu terdiri dari 2 orang di situlah kesusahannya,” terangnya.

Ia pun berharap, agar pelaksanaan Kurmer seragam. “Karena kurikulum ini pun pelaksanaannya masih beda-beda di setiap sekolah. Kalau seragam, kita menampung mereka di sini pun bisa disatukan kelas-kelasnya. Ini karena ketidak seragaman itu kita yang jadi memang kesusahan,” tutupnya. (susan/hm16)

Related Articles

Latest Articles