21.4 C
New York
Wednesday, May 15, 2024

Sedikitnya 53 Orang Tewas Dalam Perang Suku di Papua Nugini

Port Moresby, MISTAR.ID

Kepala Polisi Papua Nugini, George Kakas mengungkapkan sedikitnya 53 pria tewas dalam eskalasi perang suku di negara tersebut.

Seperti dilaporkan ABCNews, Senin (19/2/24), peristiwa itu terjadi ketika satu suku bersama sekutu mereka serta tentara bayaran sedang dalam perjalanan untuk menyerang suku tetangga ketika mereka kemudian disergap, Minggu (18/2/24) di provinsi Enga, dataran tinggi terpencil di Papua Nugini.

Polisi memperkirakan akan menemukan lebih banyak mayat di antara para korban luka yang melarikan diri ke dalam hutan.

“Para anggota suku ini telah terbunuh di seluruh pedesaan, di seluruh hutan,” kata Kakas kepada ABC.

Baca juga: DK PBB Akan Sidang Bahas Gencatan Senjata Israel – Hamas, AS Diduga Bakal Veto Kembali

Mayat-mayat dikumpulkan dari medan perang, jalan, dan tepi sungai, lalu dimuat ke truk polisi dan dibawa ke rumah sakit.

Kakas mengatakan, pihak berwenang masih menghitung mereka yang ditembak, terluka, dan melarikan diri ke semak-semak.

“Kami menduga jumlahnya akan mencapai 60 atau 65,” imbuhnya.

Kakas mengatakan, jumlah ini kemungkinan akan menjadi kematian tertinggi akibat kekerasan serupa di dataran tinggi negara tersebut.

Papua Nugini adalah negara berkembang yang beragam dengan total 10 juta penduduk serta 800 bahasa di bagian strategis Samudra Pasifik Selatan.

Keamanan internal telah menjadi tantangan yang meningkat bagi pemerintahnya karena Tiongkok, Amerika Serikat, dan Australia mencari hubungan keamanan yang lebih erat.

Perdana Menteri Australia, Anthony Albanese, mengatakan pemerintahnya siap membantu Papua Nugini, yang merupakan tetangga terdekat Australia dan penerima bantuan luar negeri Australia terbesar.

“Berita yang datang dari Papua Nugini itu sangat mengganggu,” kata Albanese.

Australia, lanjut Albanese, tetap siap memberikan dukungan apa pun dengan cara praktis, untuk membantu di PNG.

Albanese mengatakan, Australia telah memberikan dukungan yang cukup besar untuk Papua Nugini dengan membantu pelatihan polisi negara itu.

Kekerasan suku di wilayah Enga telah meningkat sejak pemilihan umum pada tahun 2022, yang mempertahankan pemerintahan Perdana Menteri James Marape.

Baca juga: Mantan PM Thailand Thaksin Shinawatra akan Dibebaskan Hari Ini

Pemilihan umum dan tuduhan kecurangan serta anomali proses selalu memicu kekerasan di seluruh negeri.

Gubernur Enga, Peter Ipatas, mengatakan ada peringatan bahwa pertempuran suku akan pecah.

“Dari perspektif provinsi, kami tahu pertempuran ini akan terjadi dan kami (memperingatkan) pasukan keamanan minggu lalu untuk memastikan mereka mengambil tindakan yang tepat untuk memastikan ini tidak terjadi,” kata Ipatas kepada ABC.

Ia menggambarkan kekerasan itu sebagai peristiwa yang sangat, sangat menyedihkan bagi mereka sekaligus hal buruk bagi negara tersebut. (Mtr/hm22)

Related Articles

Latest Articles