22.4 C
New York
Friday, June 28, 2024

China Tak Komentari Rusia dan Korut Teken Pakta Pertahanan

Beijing, MISTAR.ID

Pihak China tidak berkomentar terhadap tindakan Rusia dan Korea Utara (Korut) yang menandatangani pakta pertahanan bersama mencakup klausul perjanjian saling menolong apabila salah satu dari mereka diserbu.

Kewajiban-kewajiban khusus dalam perjanjian pakta pertahanan bersama yang sudah ditandatangani Presiden Rusia, Vladimir Putin dan pemimpin Korut, Kim Jong-un beberapa hari lalu sewajarnya menyerupai dengan pasal 5 Perjanjian NATO.

“Kemitraan antara Rusia dan DPRK merupakan urusan antara 2 negara berdaulat. Kami tak mempunyai informasi perihal masalah yang relevan,” ucap juru bicara (jubir) Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) China, Lin Jian mengacu pada Korut dengan singkatan nama resminya, Republik Demokratik Rakyat Korea (DPRK).

Baca juga:Ratusan Orang di Rusia Masuk RS akibat Wabah Botulisme

Para ahli menuturkan, pemimpin China kemungkinan besar bimbang atas peluang raibnya pengaruh terhadap Kim Jong-un dan Putin meneken perjanjian tersebut, dan bagaimana hal itu bisa meningkatkan ketidakstabilan di Semenanjung Korea.

Hanya Negeri Tirai Bambu mungkin juga kesusahan untuk memberikan respons, sebab tujuannya yang berlawanan menjaga perdamaian di Korea sambil melawan Amerika Serikat (AS) dan sekutu Baratnya di panggung global.

“Tanggapan China begitu lemah,” ujar Victor Cha selaku Wakil Presiden Senior untuk Asia dan Korea di Center for Strategic and International Studies (CSIS), serta menambahkan itu dapat sebagai tanda bahwa China belum tahu apa yang harus diperbuat.

Beberapa orang di China mungkin menyambut kerja sama Rusia-Korut merupakan trik untuk melawan dominasi Amerika Serikat (AS) dalam urusan dunia.

Baca juga:Adik Pemimpin Korut Warning Korsel Jika Kembali Siarkan Propaganda

Alexander Gabuev sebagai Direktur Carnegie Russia Eurasia Center menuturkan, salah satu hal yang mungkin dibimbangkan China adalah apakah Rusia bakal menyokong program senjata Negeri Para Petapa dengan berbagi teknologi canggih.

“Apabila China benar-benar bimbang, maka Beijing memiliki pengaruh terhadap Moskow dan Korut, serta mungkin akan berupaya membatasi komunikasi tersebut,” katanya.

Direktur program China di Stimson Center, Sun Yun mengatakan, pihaknya tidak mau membentuk aliansi 3 arah bersama Korut dan Negara Beruang Merah.

“Sebab mereka perlu menjaga pilihannya tetap terbuka,” imbuhnya dilansir Fox News, pada Minggu (23/6/24).

Baca juga:Korut Bakal Stop Kirimkan Sampah Raksasa Isi Sampah Ke Korsel

Kata dia, koalisi seperti itu dapat berarti perang dingin baru sesuatu yang menurut China mau dihindari, serta mengunci diri di Pyongyang dan Rusia akan berlawanan dengan tujuan Beijing untuk menjaga hubungan dengan Eropa dan meningkatkan hubungan dengan Jepang dan Korea Selatan (Korsel).

Sun menuturkan, perbaikan hubungan antara Korut dan Moskow membuka kemungkinan dan potensi ketidakpastian. “Tetapi sesuai dengan apa yang sudah terjadi sejauh ini, saya tidak beranggapan bahwa kepentingan nasional China sudah dilemahkan oleh hal ini,” tutupnya. (sdnws/hm16)

Related Articles

Latest Articles