Sunday, April 13, 2025
home_banner_first
EKONOMI

Korban Tarif Dagang Trump, Rupiah Terkapar di Rp17.261 per Dolar

journalist-avatar-top
Selasa, 8 April 2025 13.57
korban_tarif_dagang_trump_rupiah_terkapar_di_rp17261_per_dolar

Nilai tukar rupiah terkapar, kini Rp17.261 per Dolar (f:ist/mistar)

news_banner

Jakarta, MISTAR.ID

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) mencetak rekor negatif terbaru di pasar non-deliverable forward (NDF), menyentuh Rp17.261 per US$, Senin (7/4/2025). Ini merupakan level terlemah rupiah dalam sejarah, jauh dibandingkan posisi penutupan sebelum libur Lebaran, Kamis (27/3/2025), yakni Rp16.555 per US$.

Kondisi ini menandai pelemahan drastis dan menimbulkan kekhawatiran mendalam di pasar keuangan Indonesia. Apalagi, harga NDF sering menjadi sinyal psikologis bagi pergerakan pasar spot yang resmi.

Merosotnya nilai tukar rupiah kali ini tidak berdiri sendiri. Indonesia menjadi korban kebijakan tarif resiprokal Presiden AS, Donald Trump, dengan beban pajak masuk barang ke AS hingga 32 persen. Kebijakan ini disebut sebagai respons terhadap defisit perdagangan AS dengan Indonesia yang dianggap terlalu besar.

Akibatnya, barang-barang Indonesia di pasar AS menjadi tidak kompetitif. Harga lebih mahal membuat konsumen AS lebih memilih produk domestik, yang pada gilirannya mengurangi arus masuk dolar ke Indonesia dan memperberat tekanan terhadap rupiah.

"Jika kondisi ini terus berlanjut, suplai dolar kita akan tertekan dan rupiah akan semakin terpuruk," ujar seorang pengamat pasar.

Sementara Ekonom Senior Bank DBS, Radhika Rao, menilai tekanan terhadap rupiah merupakan kombinasi antara faktor eksternal dan sentimen domestik yang sudah melemah sejak awal tahun.

Hirofumi Suzuki selaku Chief FX Strategist di SMBC mengatakan kepada CNBC Indonesia Research, bahwa depresiasi rupiah merupakan konsekuensi langsung dari tarif balasan AS.

“Ini bukan kesalahan Bank Indonesia, tetapi dampak dari situasi global. Bank sentral harus bersikap hati-hati, mengamati kondisi dengan seksama sebelum mengambil langkah,” tutur Hirofumi.(cnbc/hm17)

REPORTER:

RELATED ARTICLES