6.5 C
New York
Friday, April 26, 2024

Waspada! Satu dari Lima Anak di Sumut Alami Stunting

Medan, MISTAR.ID

Sebanyak satu dari lima anak di Sumatera Utara mengalami stunting atau kekerdilan. Hal tersebut disampaikan Kadis Kesehatan Sumut dr. Alwi Mujahit dalam seminar rangkaian HPN yang diselenggarakan Forwakes (Forum Wartawan Kesehatan), Senin (6/2/23), di  Gedung PWI Sumut Parada Harahap Jalan Adinegoro Medan.

dr Alwi Mujahit menjelaskan, prevalensi angka Stunting di Sumut mencapai 21,1 persen. Hal ini menurutnya tentu bakal menjadi permasalahan sosial untuk kedepan bila kasus stunting tidak segera ditanggulangi.

Alwi menjelaskan, kasus stunting ini sebetulnya dapat diintervensi hingga temuannya menjadi nol kasus. Caranya ujar dia ialah, dengan memberikan Air Susu Ibu (ASI) kepada anak selama 2 tahun.

Baca juga:Forwakes Sumut Gelar Musyawarah dan Seminar

Pemberian ASI itu, terangnya menurut hasil penelitian dari Persatuan Ahli Gizi Indonesia yang diperolehnya, yaitu dilakukan selama 8 kali perhari sampai sang anak merasa kenyang. Hal ini, kata Alwi, maka sudah cukup untuk memenuhi gizi dari sang anak agar terhindar dari stunting.

“Jadi sebenarnya stunting ini kalau diintervensi, yakni di 1.000 hari pertama kehidupan. Mulai dari konsepsi di dalam rahim (gizi ibu), kemudian pemberian ASI selama 2 tahun. Kalau kedua hal ini bisa kita jaga dengan baik, stunting itu harusnya nol,” imbuhnya.

Semenatra itu Kordinator Perwakilan BKKBN (Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional) Sumatera Utara (Sumut) Dra. Rabiatun Adawiyah MPHR mengingatkan kepada puluhan pelajar yang hadir sebagai peserta seminar tentang 4 T (Terlalu Muda, Terlalu Tua, Terlalu Dekat Dan Terlalu Banyak). Pendidikan sejak dini penting disampaikan agar menghindari resiko termasuk melahirkan anak stunting.

“Jangan terlalu muda menikah dan melahirkan. Usia menikah yang matang itu untuk perempuan adalah 21 tahun dan laki-laki usia 25 tahun. Pada usia ini alat reproduksi sudah mapan atau cocok untuk melahirkan. Kalau dibawah 21 tahun maka alat reproduksi belum sempurna, sehingga rentan alami pendarahan hingga kematian pada ibu dan bayi,” ungkapnya.

Kemudian, disebutkannya Terlalu Tua. Usia terlalu tua atau usia di atas 35 tahun juga disarankan tidak lagi melahirkan, karena alat reproduksinya sudah mulai ‘usang’ sehingga beresiko tinggi alami pendarahan hingga kematian.

“Terlalu Dekat juga tidak boleh. Jarak orang melahirkan itu 2 sampai 5 tahun, kenapa? perempuan yang melahirkan banyak syaraf-syaraf yang putus dan untuk memulihkan syaraf yang putus itu butuh waktu 2 sampai 5 tahun, maka jarak melahirkan itu jangan terlalu dekat. Oleh karena itu, pakai alat kontrasepsi,” terangnya.

Terakhir, Terlalu Banyak. Ibu yang mempunyai anak banyak mempunyai risiko untuk meninggal. “Jumlah anak terlalu banyak kemungkinan akan menyebabkan kesehatan ibu yang sedang hamil atau pasca persalinan terganggu. Terlalu sering melahirkan bisa memberi dampak buruk bagi seorang ibu sehingga risiko kematian menjadi lebih meningkat,” ungkapnya.

Baca juga:Cegah Stunting, Puluhan Anak Remaja Diedukasi untuk Jadi Manusia Berkualitas

Sebelumnya, Ketua PWI Pusat Atal S Depari mengapresiasi kegiatan yang diselenggarakan Forwakes Sumut bekerja sama PWI Sumut dan PMI Medan. “Negara kita ini masih sangat butuh darah, jadi kegiatan ini sangat bagus sekali. Begitu juga dengan Stunting, banyak anak-anak kita kurang gizi. Ini harus menjadi perhatian kita bersama, tidak hanya pemerintah tetapi kita sebagai wartawan,” tambahnya.

Di kegiatan acara Donor Darah dan Seminar Edukasi Pencegahan Stunting Sejak Dini yang diselenggarakan oleh Forwakes (Forum Wartawan Kesehatan) Sumut bekerja sama dengan Palang Merah Indonesia (PMI) Medan dan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Sumut ini menghadirkan siswa dari MAN Serdangbedagai dan Mahasiswa UNIMED.

Hadir juga Ketua PWI Pusat Atal S Depari, Ketua PWI Sumut Farianda Putra Sinik serta Kepala Dinkes Sumut dr. Alwi Mujahit, Penasehat Forwakes Sumut Zulnaidi dan lainnya.(anita/hm06)

 

Related Articles

Latest Articles