8.4 C
New York
Thursday, March 28, 2024

Harga Minyak Melonjak 3 Persen

New York, MISTAR.ID

Harga minyak melonjak sekitar tiga persen ke level tertinggi dalam satu minggu pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), didorong harapan prospek ekonomi global yang lebih baik. Selain itu, juga kekhawatiran atas dampak sanksi terhadap produksi minyak mentah Rusia melebihi kejutan besar yang terjadi pada stok minyak mentah AS.

Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Februari terangkat 2,29 dolar AS atau 3,05 persen, menjadi menetap di 77,41 dolar per barel di New York Mercantile Exchange.

Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman Maret bertambah 2,57 dolar Amerika Serikat (AS) atau 3,21 persen, menjadi ditutup pada 82,67 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange.

Baca Juga:Harga Minyak Naik di Asia, Didorong Optimisme Pembukaan Kembali China

Kedua harga acuan tersebut mencapai level tertinggi sejak 30 Desember, dengan WTI naik untuk hari kelima berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Oktober, dan Brent naik untuk hari ketiga berturut-turut untuk pertama kalinya sejak Desember.

Ekuitas global naik di tengah harapan bahwa angka inflasi dan laba perusahaan AS yang akan dirilis pada Kamis akan menunjukkan ekonomi yang tangguh dan menghasilkan laju kenaikan suku bunga yang lebih lambat.

Jika inflasi datang di bawah ekspektasi, itu akan mendorong dolar lebih rendah, kata analis, yang dapat meningkatkan permintaan minyak karena membuat minyak mentah lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lain.

Federal Reserve kemungkinan akan menaikkan target suku bunga untuk terakhir kalinya pada pertemuan kebijakan moneter 31 Januari-1 Februari, menaikkannya sebesar 50 basis poin (bps) ke kisaran 4,75 persen-5,00 persen, kata HSBC dalam sebuah catatan penelitian.

Sebagian besar optimisme pasar disematkan pada importir minyak utama China yang membuka kembali ekonominya, setelah berakhirnya pembatasan ketat Covid-19.

“Pedagang energi harus terbiasa melihat harga minyak naik lebih tinggi. Permintaan minyak akan kembali dan ekspektasi tinggi bahwa permintaan China akan meroket,” kata Edward Moya, analis pasar senior di perusahaan data dan analitik OANDA.

Baca Juga:Harga Minyak Terjun ke US$71,02, Analis: Waspada ini Bisa Terjun bebas

Penjualan kendaraan penumpang China secara keseluruhan diperkirakan naik 5,0 persen pada 2023, kata Presiden Volkswagen AG China Ralf Brandstaetter kepada media China.

Produksi industri China diperkirakan tumbuh 3,6 persen pada 2022 dari tahun sebelumnya, kata Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT), meskipun ada gangguan produksi dan logistik akibat pembatasan Covid-19.

Badan Informasi Energi AS (EIA) mengatakan persediaan minyak mentah melonjak 19,0 juta barel pekan lalu, kenaikan mingguan terbesar ketiga yang pernah ada dan terbesar sejak stok naik dengan rekor 21,6 juta barel pada Februari 2021.

Peningkatan minggu lalu terjadi, karena kilang lambat memulihkan produksi setelah pembekuan dingin menutup operasi pada akhir 2022.

Para analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan penurunan stok minyak mentah sebesar 2,2 juta barel, dan data industri dari American Petroleum Institute (API) menunjukkan kenaikan 14,9 juta barel.

EIA minggu ini memperkirakan produksi minyak mentah AS akan mencapai level tertinggi sepanjang masa pada tahun 2023 dan 2024.

Baca Juga:Perang Ukraina, G7 dan Sekutu Sepakati Pembatasan Harga Minyak Rusia

Batas harga internasional yang dikenakan pada penjualan minyak mentah Rusia mulai berlaku pada 5 Desember dan lebih banyak pembatasan yang ditujukan untuk penjualan produk minyak akan mulai berlaku bulan depan karena Uni Eropa (UE) terus mengupayakan lebih banyak sanksi terhadap Moskow atas invasi ke Ukraina.

EIA mengatakan larangan UE yang akan datang atas impor produk minyak bumi dari Rusia pada 5 Februari, bisa lebih mengganggu daripada larangan UE atas impor minyak mentah melalui laut dari Rusia yang diterapkan pada Desember 2022.

Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan produsen minyak negara itu tidak mengalami kesulitan dalam mengamankan kesepakatan ekspor meskipun ada sanksi Barat dan pembatasan harga.(antara/hm12)

Related Articles

Latest Articles